English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


Beli Pulsa Listrik Disini

www.opulsa.com

Jangan Sia-siakan Lembaran Putih Anak Anda


Princes.in ::::  Banyak orang tua mengeluhkan anak-anaknya yang sulit belajar atau belum mempunyai kemauan untuk belajar sendiri. Tentu saja rendahnya kemauan belajar pada sebagian anak-anak atau siswa saat ini telah membuat orang tua menjadi cemas dan khawatir. Sebenarnya kemauan belajar anak itu juga berasal dari kemampuan orang tua dalam memberikan keterampilan belajar kepada anak-anaknya.

mendidik anak


Jika kita ingin anak-anak kita berprestasi di kelasnya, usahakan jangan membatasi belajar anak hanya di kelas atau di rumah saja, bantulah mereka dengan memberikan dorongan atau semangat belajar dari berbagai sumber manapun dan dengan berbagai cara apapun yang inovatif dan kreatif. Kegembiraan dan semangat kita dalam membantu anak menemukan berbagai pengetahuan akan membawanya ke kelas sehingga dapat meningkatkan prestasi akademiknya di sekolah.

Sebelum kita masuk pada cara memotivasi belajar anak, apa sih motivasi itu? Apa sih belajar itu? Apa sih motivasi belajar itu?. Marilah, kita belajar bersama.

MOTIVASI adalah dorongan yang menyebabkan seseorang mau melakukan sesuatu untuk mencapai sebuah tujuan.

BELAJAR adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru (misal kepandaian/ilmu), sebagai hasil dari pengalaman seseorang itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

MOTIVASI BELAJAR adalah keseluruhan usaha baik dari diri sendiri maupun dorongan dari luar untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku (kepandaian/ilmu) sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Jadi motivasi belajar baru akan tertanam jika anak-anak mengerti bahwa mereka belajar untuk sebuah alasan atau tujuan. Akan tetapi masalahnya, kebanyakan kita orang tua lupa menyampaikan tujuan belajar, padahal alasan atau tujuan yang akan disampaikan harus benar. Karena jika salah arah, motivasi belajar tidak akan bertahan lama sehingga cepat pudar dan luntur.
Sekarang, bagaimana kita dapat menumbuhkan motivasi dalam diri anak agar mau belajar untuk dirinya sendiri? Ada tiga hal utama yang harus terpatri dalam pikiran dan penalaran kita sebelum masuk pada cara atau teknik memotivasi anak.

1.      Berani Menjadi Diri sendiri

Pertama, kita harus meyakinkan setiap anak bahwa mereka itu unik. Artinya, tidak ada yang persis sama di dunia ini bahkan saudara kembar sekalipun. Jadi, anak harus mengenal dirinya sendiri dulu. Tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing. Cara belajar setiap anak juga berbeda. Sehingga, orangtua memegang peranan penting dalam menyampaikan pesan ini kepada anak.
Jika anak tahu bahwa mereka tidak dibandingkan dengan orang lain, maka tidak ada beban psikologis saat diminta untuk berprestasi. Konsekuensinya, anak akan lebih leluasa menggali dan mengembangkan semua potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Selanjutnya, tanamkan dalam diri anak bahwa mereka mampu dan memiliki kesempatan untuk terus menjadi lebih baik lagi dari hari ini, asal saja mereka mau. Jika ada kemauan, pasti ada jalan. Artinya, perbaikan atau peningkatan yang berkesinambungan perlu dilakukan agar anak bisa mencapai prestasi maksimal sesuai dengan kemampuan yang ada.

2.      Berani Bermimpi

Saat anak masih kecil, pernahkan kita bertanya seandainya sudah besar nanti mau jadi apa. Semakin tinggi cita-cita, semakin kita punya senjata untuk mendorong mereka. Karena, untuk mencapai impian dibutuhkan usaha dan kerja keras. Sebagai contoh, jika cita-cita seorang anak adalah ingin menjadi dokter atau dosen, kita bisa mulai menanamkan hal positif dalam diri mereka. Tanyakan kepada mereka, “Jika hendak menjadi dokter atau dosen, perlu tidak mendapat nilai bagus dalam pelajaran Matematika? Untuk mendapat nilai bagus, perlu tidak belajar dengan giat dan rajin?” Kunci utamanya adalah tetapkan impian setinggi mungkin kemudian beri dorongan positif untuk meraih cita-cita tersebut. Di sini, orangtua harus pandai dan cermat dalam menggali dan mengarahkan anak dengan pertanyaan-pertanyaan yang membangun.

Bandingkan, jika orangtua beraksi negatif saat mendengar anaknya kelak ingin menjadi dokter. “Apa, mau jadi dokter? Nilai matematika kamu saja jeblok, mana mungkin bisa jadi dokter. Jangan pernah bermimpilah!” Bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi jika orangtua terus-menerus menghilangkan harga diri anaknya. Kepercayaan diri anak tidak akan tumbuh jika sering dicemooh, apalagi oleh orang yang paling dekat dengannya. Orang tua harus yakin dan percaya bahwa anaknya bisa. Sebab, biasanya kata-kata orang tua sangat berpengaruh dan bisa berperan sebagai racun atau obat yang mujarab. Jadi, berhati-hatilah dengan kata-kata yang akan kita ucapkan sehingga mulailah memupuk pikiran yang positif dalam diri kita.

3.      Berani Gagal

Sering kali kita memaksa anak belajar karena takut mereka mendapat nilai jelek. Sehingga, secara tidak langsung, yang kita tanamkan dalam diri anak adalah “Awas! Jangan pernah gagal, ya!” Padahal, kegagalan itu sangat berguna dan memang dibutuhkan sebagai cambuk untuk maju. Percayalah, kegagalan akan membuat anak kita menjadi lebih kuat dan tahan banting. Tentu saja, saya tidak bermaksud agar anak-anak dibiarkan sampai tidak naik kelas. Orangtua harus punya perhitungan yang matang. Kalau terus mendapat nilai jelek juga tidak benar.

Sebagai contoh, putri saya, Azzah kelas IV SD pernah mendapat nilai 5 untuk ulangan matematika. Walaupun gundah, saya tetap berusaha untuk tenang. Saat terpuruk, yang dibutuhkan anak adalah dukungan orang tuanya, bukan omelan yang terus-menerus. Kemudian, kami mengevaluasi apa yang menjadi akar masalah. Waktu itu, Azzah memang lemah di pelajaran Matematika. Kami beri dia semangat terus, kamu pasti bisa matematika. Jadi, saat nilai ulangan berikutnya naik menjadi 6, kemudian 9 dengan senang hati saya langsung memuji usaha dan kemajuan yang telah dicapai.

Menjadi orangtua zaman sekarang tidak bisa lagi dengan hanya memakai cara-cara lama yang kita dapatkan secara turun-temurun dari orangtua atau generasi diatas kita. Menjadi orangtua zaman sekarang jauh lebih sulit dan rumit. Kemajuan zaman dan kecanggihan teknologi di satu sisi memang telah membuat hidup kita menjadi lebih nyaman dan praktis. Tetapi, dampak negatifnya juga tidak tanggung-tanggung. Misalnya, anak-anak sekarang lebih suka bermain game di depan komputer daripada membaca atau bercengkerama bersama keluarga. Sehingga, orangtua sekarang harus lebih kreatif dan terus mengasah otak agar peka terhadap perkembangan zaman. Jika hal ini kita lakukan, maka tugas sebagai orangtua pasti akan menjadi lebih mudah dan ringan.

Ketika anak ‘berkuasa’ atas dirinya sendiri, sadar bahwa dia boleh memiliki cita-cita setinggi langit, dan tidak menyerah di saat kegagalan datang menyapa, maka tugas orangtua sebagai mesin pendorong bagi anak akan jauh lebih mudah.

Memotivasi anak untuk belajar berbeda-beda menurut usianya. Di jenjang SD, usia ini dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu kelas rendah (kelas 1-3 SD) dan kelas atas (kelas 4-6 SD). Berikut ini beberapa TIPS / Teknik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar anak, antara lain:

A.       Kelas 1-3 SD

1.      Bercerita

Sebelum tidur sekitar 5 – 10 menit usahakan mendongeng atau bercerita tentang cerita-cerita ringan yang anak sukai dan sesekali kita bercerita karangan sendiri mengenai Putri Raja yang malas belajar dan sebagainya. Tentu itu sangat menarik bagi anak dan jangan lupa sampaikan pesan moral yang dapat dipetik dari cerita tadi. Dapat pula menyampaikan pelajaran sejarah kebudayaan islam misalnya, sambil tiduran di kasur dan sebagainya.

2.      Memuji

Sebagai orang tua jangan pelit memberi pujian kepada anak berapapun hasil usaha yang telah dilakukan anak. Misalnya, ketika anak mendapat nilai bagus sains, maka katakanlah,  “Kamu pintar dalam pelajaran Sains, ya Nak.” Atau ketika tampil menari dalam Pentas Seni, maka katakan, “Alhamdulillah, anak mama pintar dan bagus menarinya, Mama bangga padamu.” Ketika kita memuji kepandaian atau kebaikan anak secara spesifik, maka akan tumbuh rasa optimis, otomatis motivasi diri akan tertanam dengan mudah. Jadi, sebuah pujian yang spesifik akan menjadi obat mujarab untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam diri anak.

3.      Belajar sambil bermain

Pada prinsipnya hampir sama dengan cara belajar anak TK. Namun, untuk anak SD alihkan ke cara bermain yang lebih konstruktif. “Mama punya uang Rp 5.000,00 diberikan 1 Es Cream harganya Rp 3.000,00. Jadi, uang Mama tinggal berapa ya?”. Suasana belajar pun tak perlu harus serius. Jadi tak selalu harus belajar di belakang meja, bisa juga sambil tiduran di lantai, di mall, di alam terbuka, dalam mobil, dan sebagainya.

4.      Manfaatkan PR

Sampai saat ini Pekerjaan Rumah (PR) untuk murid kelas rendah masih menjadi pro-kontra. Selama tidak berlebihan, sebenarnya PR banyak memberi manfaat. Salah satunya untuk mengulang sedikit pelajaran yang sudah didapat anak di sekolah. Masalah timbul kalau anak sering dijejali PR dan inilah yang sering menjadi beban bagi anak.

5.      Jadilah model yang baik

Ini berarti orang tua jangan sampai terlihat santai saat anak sedang belajar. “Misalnya, ketika sedang mengerjakan PR anak melihat Mamanya menonton televisi dan ayahnya tidur. Bisa-bisa anak merasa diperlakukan tidak adil. ‘Ih, ayah, kok, bisa tidur sedangkan aku harus belajar?" Akan lebih baik bila saat anak belajar, orang tua juga tampak “belajar”, seperti menemani anak sambil membaca koran atau buku. Dengan begitu anak akan mendapat panutan.

6.      Tetapkan jam belajar

Misalnya, dari jam 6 sampai 8 disepakati sebagai jadwal belajar anak. Namun, jadwal harus dibuat dengan mempertimbangkan jam sekolahnya. Berilah ia waktu untuk berisitirahat sebelum waktu belajar. Saat waktunya belajar, anak harus diberi pengertian bahwa rentang waktu itu harus diisi hanya untuk kegiatan belajar. Artinya ia tidak nonton teve, tidak mendengarkan radio, atau tidak bermain playstation.

7.      Tetapkan target

Dan yang terakhir yaitu buatlah target (nilai) yang akan dicapai. Ketika anak-anak sadar akan target tersebut, maka orang tua akan mudah dalam membimbing atau mengarahkan mereka dalam membuat rencana belajar agar target bisa tercapai. Misalnya, target minimum nilai rata-rata rapor Affany adalah 8,5 sedangkan Azzah 8,0. Atau bisa juga target nilai pelajaran tertentu dan sebagainya.

B.             Kelas 4-6 SD

Anak-anak SD kelas atas sebenarnya sudah diharapkan memiliki self learning regulation atau kesadaran untuk belajar sendiri. Jika pada anak kelas 1-3 SD, orang tua masih sangat terlibat dalam proses belajar anak, maka pada anak kelas 4-6 SD orang tua hanya jadi pendamping saja. Mereka sudah harus tahu apa yang mesti dikerjakan. Namun begitu, orang tua tetap perlu menumbuhkan motivasi belajarnya agar tak kendur. Caranya, ingatlah bahwa salah satu ciri anak usia ini adalah penggunaan logika yang sudah semakin mendalam. Orang tua perlu memberikan alasan-alasan yang masuk akal tentang pentingnya belajar. Berikut beberapa tipsnya:

1.      Ajak membaca & Dorong Anak untuk mengungkapkan pendapatnya.

Isi dunia anak dengan membaca dan berilah anak dorongan untuk dapat mengungkapkan pendapatnya, berbicara tentang perasaannya, serta membuat pilihan. Misalnya, anak memilih buku bacaan sendiri, bisa memilih kegiatan ekstrakurikuler sendiri, dapat meminta masukan pada keputusan keluarga dan menunjukkan bahwa kita sebagai orang tua menghargainya.

2.      Tanyakan tentang apa yang anak pelajari di sekolah

Kita menanyakan pelajarannya bukan nilainya. Sekali-sekali mintalah pada anak agar ia mengajarkan apa yang diperoleh di sekolah kepada kita dengan bahasa dan kata-kata mereka sendiri. Hal ini bisa menguatkan ingatannya pada pelajaran tersebut.

3.      Kaitkan dengan Hobinya

Kalau hobi anak adalah menonton acara kuis di TV, orang tua bisa memberi komentar. “Dia bisa dapat menang dan dapat hadiah mobil karena pintar. Wah, pasti dari kecil dia sudah senang belajar dan bisa mengatur waktu, deh!

4.      Ajak untuk Membuat Jadwal

Pada usia ini biasanya anak mulai memiliki banyak kegiatan. Ada latihan tari, vokal, renang, jalan-jalan dengan teman, juga main games. Oleh karena itu, libatkan anak dalam pengaturan jadwal kegiatannya. Jelaskan bahwa anak boleh memiliki kegiatan apa pun, tapi belajar merupakan prioritas utama. Dengan diberi pengertian seperti itu dan dibiarkan mengatur jadwal sendiri, ia tidak akan merasa terpaksa. Jangan lupa, keterpaksaan hanya akan mengendurkan motivasi anak dalam belajar.

5.      Tetapkan Target

Sama dengan kelas rendah, untuk kelas atas juga perlu membuat target nilai atau target kegiatan apapun yang mereka lakukan. Sehingga orang tua lebih mudah mengarahkannya dan jangan emosi apabila target tidak tercapai tetapi evaluasi dan carilah cara penyelesaiannya.

6.      Jadikan Peristiwa Sehari-hari menjadi Kesempatan Belajar

Belajar tidak harus di dalam kelas saja, atau di rumah saja, di manapun atau peristiwa yang terjadi di sekitar kita bisa dijadikan bahan belajar. Doronglah anak kita untuk mengeksplorasi dunia di sekelilingnya, mengajukan pertanyaan dan membuat hubungan-hubungan dengan pelajaran di sekolahnya/ penyelesain masalahnya.

7.      Rencanakan Masa Depan

Karena murid-murid kelas atas, terutama kelas 5 dan 6 sudah akan memasuki sekolah lanjutan, orang tua perlu mengajak anak untuk mengadakan rencana masa depan. “Kamu mau masuk SMP mana? Kira-kira di situ UN-nya berapa, ya? Yuk kita mulai kejar dari sekarang supaya kamu bisa lolos ke sana!”
Berdasarkan penelitian, anak-anak yang berhasil ternyata memiliki pengaturan waktu yang baik, tertib mengikuti jadwal, dan disiplin dalam belajar. Itu semua bisa didapat bila anak sudah memiliki self learning regulation.

Namun ingat, selain memotivasi anak untuk belajar, orang tua juga perlu memberinya waktu bermain. Jangan sampai tujuh hari dalam seminggu diisi kegiatan belajar terus-menerus. Lebih baik gunakan hari libur sebagai playtime untuk menghindari kebosanan anak akan belajar.
Selain itu sekali-kali berilah anak hadiah apabila mereka memenuhi target nilai yang diperolehnya sehingga dapat meningkatkan motivasi dan semangat belajarnya.
Cara-cara di atas bukanlah sesuatu yang susah untuk diterapkan. Masalahnya, banyak orang tua tidak cukup konsisten dan sering tidak fokus karena berharap semuanya bisa dengan cara instan/cepat. Jadi jika kita ingin berhasil menumbuhkan motivasi belajar dalam diri anak, ingatlah dua hal : FOKUS dan KONSISTENSI.

0 komentar:

Post a Comment