English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


PRINCES ECONOMY WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Ekonomi Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES CELEBRITY WORLDWIDE

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Artis Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES HISTORY TOUR AND TRAVEL

Informasi Terpanas Tentang Perjalanan Wisata Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES LOVE GOD

Informasi Terpanas Tentang Kehidupan Rohani Yang Lagi Menjadi Trending Topik diseluruh Dunia *** Read More ***

PRINCES ADVERTISING

Kesempatan Buat Anda yang ingin Memajukan Bisnis dengan Pasang Iklan Secara Gratis dan Dibaca diseluruh Dunia *** Read More ***

Beli Pulsa Listrik Disini

www.opulsa.com
Showing posts with label Cerpen. Show all posts
Showing posts with label Cerpen. Show all posts

Kisah Hannah, Berdelusi Parah Setelah Melahirkan

Princes - Bayangkan ketika melihat buah hati, dan Anda yakin bahwa dia adalah anak Tuhan. Kedengarannya mungkin tak masuk akal, namun hal tersebut bisa terjadi apabila seseorang terkena yang namanya psikosis postpartum.

Seperti yang dialami oleh Hannah dari Inggris . Kisahnya diangkat oleh BBC saat ia terkena psikosis postpartum tak lama setelah melahirkan putrinya Esther.

"Saya memiliki energi tambahan dan mengira ini mungkin karena ada hormon yang aktif sehingga memudahkan urusan. Saya bisa tak tidur sampai jam 12 atau satu pagi," kata Hannah yang ketika itu belum sadar dirinya sakit.

Psikiater dr Alain Gregoire dari klinik ibu dan bayi di Winchester mengatakan psikosis postpartum hampir sama gejalanya dengan penyakit mental berat. Hanya saja hal ini dialami oleh ibu yang habis melahirkan dan bisa ditangani.

"Rasanya seperti berada di mimpi buruk yang nyata, hanya bedanya Anda tak akan terbangun. Anda bisa dari merasa baik-baik saja hingga mengalami halusinasi dan pikiran ekstrem dengan sangat cepat," kata dr Gregoire seperti dikutip dari BBC,

Pada kasus Hannah, dalam waktu seminggu delusi yang dialaminya semakin parah dan ia kehilangan persepsi terhadap kenyataan. Namun karena keluarga tak terlalu mengerti tentang kesehatan mental dan karena stigma juga maka Hannah tak langsung dibawa mencari pertolongan medis sampai puncaknya.

"Sampai saya yakin bahwa Esther akan mati besok, tengah hari, tapi Tuhan akan menghidupkan dia kembali. Saya memberitahu suami saya, Robert, tapi dia keheranan dan tak mengerti maksud saya," ujar Hannah.

"Saat tengah hari semakin dekat, saya meringkuk berteriak-teriak minta tolong. Teriakan saya cukup keras sampai tetangga datang berlari," lanjutnya.

Hannah dibawa ke klinik terdekat dan mendapat pertolongan dari tim kesehatan mental yang ada. Saat itu kondisi mental Hannah sudah sangat parah dan pada beberapa kesempatan ia bahkan mencoba untuk bunuh diri.

Beruntung dengan bantuan obat-obatan antipsikosis dan terapi setrum otak perlahan Hannah bisa mendapatkan kembali persepsinya terhadap realita. Kini ia masih dalam masa pemulihan tapi sudah diperbolehkan untuk kembali pulang ke rumahnya.

Cantiknya Siswi Di Kelasku

Kisah Cinta Masa Sekolah itu Cinta Monyet apa Cinta Serius Ya..... Yuk Baca Selengkapnya Disini

“Kring…kring…” terdengar suara bel keluar main. Mataku mulai merekah sebab sedari tadi otakku ingin membebaskan diri dari kenanaran pelajaran Matematika. Kutatap siswa-siswi yang berlalu lalang didepanku keluar masuk ruang kelas. Dalam keadaan setengah mengantuk aku berusaha bangkit dari tempat dudukku mencari kesegaran angin di luar sana. Tanpa sengaja mataku menatap seorang siswi yang duduk di deretan tempat dudukku kuperhatikan wajah seriusnya menghitung angka-angka Matematika yang mengerikan, menurutku. Aku mendekati siswi berambut sebahu yang duduk di bangku paling belakang itu.

     “Hai…” sapaku padanya. Dia hanya terdiam dan terus melakukan aktivitasnya; menghitung. Aku menyapanya lagi sampai tiga kali namun dia tetap saja tak menggubris sapaanku. “Kau tak ingin keluar main sekedar untuk mengisi perut?” aku mulai berani bertanya padanya. Seperti biasa dia tak memperdulikanku. Aku bertanya lagi dan lagi tapi dia tak juga melihatku, aneh sekali orang ini gerutuku dalam hati. Tak ada angin tak ada hujan dia melihatku dengan sorot mata jarum dengan maksud mengusir.

Akupun pergi dan kembali duduk di tempatku dengan  membawa sejuta rasa penasaran. Dia siswi paling aneh yang pernah aku temui sepertinya dia punya kelainan. Sejak awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran dia jarang sekali berbicara bahkan tak pernah tapi anehnya dia selalu fokus saat proses pembelajaran berlangsung dia juga jarang keluar kelas kelas waktu keluar main palingan dia hanya keluar ke perpustakaan. Aku sering melihatnya berdiam dikelas hanya untuk membaca atau menulis-nulis. Ini bukan kali pertama aku menyapanya ini sudah sering aku lakukan karena aku benar-benar ingin mengetahui banyak tentang dia. Awalnya aku tak mengetahui namanya tapi aku sempat mendengar namanya saat guru mengecek kehadiran kita, dia hanya mengangkat tangan tanpa bersuara.

     “Kring…kring…kring…” suara bel masuk. Ditengah pembelajaran jam keempat aku terus saja memperhatikan Dina; siswi aneh itu. Gadis bermata coklat itu benar-benar berkonsentrasi saat pembelajaran berlangsung tapi kenapa dia tak pernah menonjolkan kebisaannya? Dia selalu belajar sendiri.  Aku rasa ini…, “Morri ini hasil ulanganmu.” Panggil Bu Santi guru Fisika pada Morri, ini memecah lamunanku. Morri adalah siswi yang katanya tercantik dikelas rambut panjangnya selalu terurai lepas. Pertama kali aku melihatnya aku mengakui dia memang cantik tapi setelah aku tahu dia memiliki arogansi yang sangat tinggi aku menjadi tak tertarik lagi untuk mengenalnya lebih jauh. Aku duduk di bangku kedua tepat di belakangnya, jika dia ditanya kenapa dia duduk didepan oleh teman-teman yang lain dia pasti menjawab. “Itulah orang-orang cerdas dan selalu memerhatikan guru.” Huaa… sungguh aku muak mendengar keangkuhannya itu.

     “Putri, aku dapat nilai 10 loo ulangan ini.”                                              
     “O, ya selamat ya Ri…” ujarku memberikan senyuman palsu.
     “Kapan kamu bisa sepertiku? Jangan molor aja. Hahaha”
     “Hmmm… aku akan berusaha.” Suaraku menciut. Dia kembali menghadap depan. Ucapannya secara tidak langsung mengejekku, seandainya tidak ada guru mungkin…, “Dina, ini nilai ulanganmu.” Bu Santi memanggil siswi misterius itu, kuperhatikan langkah demi langkah kakinya, wajahnya kelihatan biasa dan slow. Setelah dia mengambil kertas hasil ulangan hariannya dia segera kembali ke tempat duduknya. Dia tidak pernah mempublikasi hasil ulangannya, dia sangat tertutup berbanding terbalik dengan Morri siswi angkuh yang suka pamer dan merasa tak ada yang mampu menandinginya.
                                                          ***
     Sisi kiri kananku penuh dengan tilikan puluhan pasang mata mencari-cari jawaban. Aku menoleh melihat Dina dia sedang konsentrasi menjawab permintaan soal-soal yang ada dihadapannya. Didepanku Morri mengerjakan soal dengan senyum-senyum kesombongan dengan tampang yang sok. Dia amat pintar menyembunyikan kertas contekannya, huft… Pembohong besar, pantaskah dia menjadi juara kelas seperti tahun kemarin? Penipuan nyata didepan mata semua guru yang aku ajukan pertanyaan tentang hal ini dia pasti menjawab. “Saya tahu siapa-siapa yang jujur dan yang tidak.” Aku menganggap jawaban guru itu adalah jawaban sampah, jika mereka tahu mengapa mereka masih saja menjadikan Morri juara kelas dua kali berturut-turut? Aku ingin sekali menyingkirkan gadis itu. “Kriing…kring…” terdengar bel pertanda kertas ujian harus dikumpulkan. Aku harap ujian semester ganjil tahun ini berbeda dari sebelumnya. Aku bosan melihat gadis congkak itu dari kelas 10 sampai kelas 11 sekarang ini selalu dia yang mendapat peringkat pertama Morri Morri dan Morri lagi.
                                                              ***
    Bulan Desember dimana semua siswa-siswi akan menerima raport semester ganjil kelas 10,11 dan 12. Kondisi langit yang mendung mendukung ketegangan pembagian raport. “Baiklah anak-anak sekarang ibu akan mengumumkan siapa-siapa saja yang mendapat peringkat pertama, kedua dan ketiga. Juara ketiga diraih oleh…,” keadaan kelas mulai menegang tak ada yang dapat berbicara. Hening. “…Bayu Setyo. Tepuk tangan…” tepuk tangan meriah itu terdengar. Bayu adalah murid yang baik namun dari kelas 10 peringkatnya selalu tiga. “… Juara kedua diraih oleh…,” semuanya menegang. Semua siswa sudah mulai menebak-nebak. “…Mira Marissa, Tepuk tangan untuk Mira…” Mira adalah siswi yang sederhana namun sangat disiplin dan bersih. Inilah saat yang aku tunggu-tunggu. Juara pertama, ya siapa yang akan meraihnya, aku selalu berharap bukan nenek sihir itu lagi.

     “Juara pertama pasti aku yang meraihnya kamu lihat saja nanti Put.” Ucap Morri menoleh menghadapku.  Aku hampir saja menutup mulutnya dengan sepatuku andai saja bukan di sekolah. “Baiklah anak-anak inilah saat yang kita tunggu-tunggu siapa yang akan meraih juara pertama.” Semuanya mulai bungkam dan sepertinya wajah semua murid tahu bahwa Morri yang akan mendapatkannya. Namun berbeda dengan ekspresi Dina, kuperhatikan dia hanya diam menunduk di bangkunya, wajahnya nampak pasrah namun tak menyerah. “Baiklah juara pertama diraih oleh…,” siapa ya? Siapa ya? “… Dina Mutiasari… tepuk tangan untuk Dina…” aku mulai tercengang, mataku yang tadinya biasa menjadi terbelalak. Dina siswi pendiam itu meraih juara pertama, pelik. Ini sungguh mengherankan tapi disisi lain aku merasa puas melihat wajah Morri begitu kecewa dan tentunya malu habis-habisan. Dia berdiri mencoba untuk berlari membawa rasa malunya. Wajah kecewanya membuatku ingin tertawa terbahak-bahak.

     “Tunggu Ri!” dia menghadapku, akupun berdiri. “Selamat atas kemenanganmu.” olokku. Dia tak menjawabku dan menepis tanganku yang ingin berjabat dengannya. Dasar anak sombong, pikirku sembari mengangkat ujung bibir kananku. Aku melihat kerumunan siswa yang merubung di bangku Dina. Bagaimana bisa dia mendapatkannya dan mengalahkan Morri?

     Aku berjalan menuju ruang guru, aku ingin sekali menanyakan pada wali kelasku kenapa peringkat pertama di raih Dina bukan Morri? Aku berjalan memegang pertanyaan itu, akhirnya aku bertemu wali kelasku setelah mengucap salam aku dengan lancarnya melontarkan pertanyaan itu dan dia menjawab. “Ibu percaya kejujuran akan selalu menang dan kecurangan akan selalu kalah. Bagi ibu Dina bukan anak yang aneh atau kelainan dia adalah siswi professional. Dia tak pernah menunjukkan kepintarannya, bahkan kesombongan tak ada dalam dirinya. Pernah suatu hari ibu bertanya padanya kenapa dia tak pernah menunjukkan kemampuannya namun dia diam saja. Bagi ibu dia adalah anak yang baik dan jujur, ibu seratus persen percaya kemenangannya adalah hasil kerja keras dia sendiri.” Sekarang aku mengerti. Aku berlari menuju ruang kelas aku ingin mengucap selamat kepada Dina. Sesampai aku dikelas aku langsung berdiri di hadapannya.

     “Selamat ya Dina…” ucapku dengan napas terengah-engah dan tangan yang ingin berjabat tapi seperti biasa dia hanya diam dan tetap memandang bukunya. Seolah-olah dia tak mendengarku. Akupun berbalik membelakanginya. Mungkin ini belum saatnya aku mengajaknya bicara, pikirku.
     “Tunggu…” panggilnya. “Terimakasih…” aku hanya mengangguk dan memberi senyum. “Kurasa kau adalah orang yang baik. Maukah kau menjadi temanku?” mimpi apa dia? ingin menjadi temanku. Ini kali pertama aku mendengar suaranya, cukup anggun dan lembut.
     “Aku punya satu syarat jika kau benar-benar ingin menjadi temanku…,” ucapku menantang. Dia melihatku dengan tatapan penasaran, dahinya mulai mengernyit dan mata coklatnya mulai bertanya-tanya.

     “Apa?” ujarnya.                                                                                                
     “Ajari aku bagaimana menjadi sepertimu!” dia tersenyum lebar dan kegirangan akupun ikut tersenyum tapi tiba-tiba senyumannya berubah menjadi sebuah tatapan mengerikan dengan sorot mata mulai menajam.
     “Tapi kau harus bayar mahal.” Katanya.
     “Baiklah. Berapa?”
     “Tidak dengan uang.”
     “Lalu apa?”
     “Kau harus membantuku menaburkan kejujuran. Kamu sanggup?”
     “Tentu saja. Hahaha…” ruang kelas tiba-tiba berubah menjadi lautan tawa kita berdua menciptakan canda dan tawa kemenangan. Rasa penasaranku terpecahkan sudah.

Ayah mengapa ibu menangis?"

 Suatu hari,ada seorang anak perempuan yang bernama Suci bertanya kepada ibunya, "Ibu,mengapa ibu menangis??"
Lalu ibunya menjawab,"karena ibu seorang wanita nak."
"Aku tidak mengerti bu?" kata Suci.
Ibunya hanya tersenyum manis dan memeluknya dengan erat.



    Kemudian Suci bertanya kepada ayahnya, "Ayah mengapa ibu menangis?"
"Ayah tidak tahu nak, ya begitulah ibumu suka menangis tanpa ada sebab yang jelas."
"Semua wanita memang sering menangis tanpa alasan yang jelas."

    Semakin hari Suci pun tumbuh menjadi anak remaja,dan dia semakin bertanya-tanya mengapa wanita itu sering menangis? Hingga suatu malam, saat dia tidur dia bermimpi bertemu dengan Tuhan dan bertanya " Ya Allah, mengapa wanita itu mudah menangis?." Dan di dalam mimpi itu seolah-olah Tuhan mendengar pertanyannya dan menjawab:

     "Saat aku ciptakan wanita,Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur."

     "Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan bayi dari rahimnya, walau sering kali menerima cerca dari si bayi saat dia beranjak remaja nanti."

      "Kuberikan keperkasaan yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah saat banyak orang yang sudah menyerah."

      "Kuberikan kesabaran jiwa untuk merawat keluarganya walaupun dia sudah merasa letih, merasa sakit, merasa penat, tanpa berkeluh kesah."

     " Kuberikan wanita perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai semua anaknya dalam keadaan dan situasi apapun. Walau sering kali anak-anaknya itu melukai hati dan perasaannya. Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada anaknya ketika mengantuk menahan lelap. Sentuhan ini akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya."

     "Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya saat melalui berbagai kesulitan dan menjadi pelindung baginya. Ibarat,bukankah tulang rusuk yang melindungi jantung agar tak terkoyak? "

     "Kuberikan kepadanya kebijaksanaan dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan bahwa suami yang baik adalah yang tidak pernah melukai istrinya. Walau sering kali pula kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami agar tetap berdiri sejajar, saling melengkapi dan saling menyayangi."
   
      "Dan akhirnya, kuberikan wanita itu air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Ini bukan kelemahan bagi wanita karena sebenarnya air mata ini adalah air mata kehidupan."

      Suci pun terbangun dari tidurnya,kemudian dia menghampiri ibunya yang sedang berdoa. Sambil menangis Suci memeluk erat tubuh ibunya dan berkata:
      " Aku mengerti mengapa ibu menangis,maafkan aku ibu." Dan dengan hati yang tulus di pelukan sang ibu dia berkata  " Aku sayang ibu.." Dan sang ibu pun memeluk erat tubuh Suci dengan mata berkaca-kaca.

     Dunia ini memang banyak keajaiban,ciptaan Tuhan yang begitu agung tapi tak satu pun yang menandingi dekapan kasih sayang dari seorang ibu. Karena ibu adalah wanita yang paling hebat bagi setiap anak-anaknya.

" Thank you mom, without you I do not mean anything...mmuuuahh :*. "

Cintaku Dibagi

Jalanan begitu sepi, seorang gadis tengah berjalan melewati sebuah jalan yang memang selalu sepi. Di kanan-kirinya berjejer rumah-rumah gedong yang memang sepi. Pemiliknya kebanyakan tengah berada di luar kota ataupun hoteh untuk keperluan bisnis, sedangkan anak-anaknya sibuk masing-masing dan kerap kali mereka pulang malam. Kisha adalah salah satu anak dari orang tuanya yang sibuk bisnis di luar negeri. Dengan tak bersemangat ia berjalan kaki menuju rumahnya yang hanya sekitar seratus meter dari tempat taksi menurunkannya di depan gerbang kompleks itu. Pikirannya tengah melayang ke seorang pria sekampusnya yang siang tadi mencuri perhatiannya.

Cintaku Dibagi



“ternyata, Kanata itu cakep juga.” Gumamnya sambil senyum-senyum sendiri.

Di depan sebuah rumah bercat ungu, ia membelokkan langkahnya ke rumah tersebut yang memang tempat ia tinggal. Di rumahnya, seorang pembantu bernama mbok Uli tengah sibuk memasak di dapur. Rupannya ia tengah mempersiapkan hidangan makan siang untuk majikan kecilnya itu. Sedang kedua orang tuanya tengah berada di Jepang untuk urusan bisnis.

“siang mbok, hari ini masak apa nih?” tanya Kisha pada mboknya itu.

“ini, non. Masak rolade kesukaan non Kisha” jawabnya sambil menyiapkan hidangan yang baru saja dipindahkan dari dapur.

“wahhhh, enak nih!” seru Kisha memuji mbok Uli.

“silahkan, non! Mbok mau beresin dapur dulu” ujar mbok Uli seraya bergegas mengambil sebuah lap dan segera ke dapur. Sementara Kisha mulai menyantap makan siangnya itu.

Setelah selesai makan, ia barulah beranjak ke kamarnya di lantai dua rumahnya. Sementara bekas makannya Ia tinggalkan begitu saja karena akan dibereskan oleh mbok Uli. Iapun mengganti pakaiannya dengan pakaian sehari-hari.

***

Di lain tempat, seorang pria tengah menunggu adiknya di ruang keluarga sambil nonton TV. Biasanya, adiknya itu pulang sore dengan pacarnya, Aris. Sesekali ia mengecek ponselnya dan menuliskan pesan singkat untuk adiknya itu agar cepat pulang. Ia tengah menunggu anak dari ibu tirinya. Tak lama kemudian, sosok yang ia tunggu itu muncul dengan wajah kelelahan. Melihat kakak tirinya tengah duduk di sofa, iapun ikut membanting tubuhnya di dekatnya.

“Nontonin apa sih Kak?” tanyanya dengan tak bersemangat karena kelelahan.

“berita.” Jawab kakaknya itu. “pulang sama Aris, Ra?” tanyanya balik.

“iya kak.” Jawabnya singkat, kemudian ia pun menyandarkan kepalanya ke bahu kakak tirinya itu.
“capek banget, kak” keluhnya.

“Seira…” ujar kakaknya.

“kenapa kak?” tanyanya sambil masih bersandar pada kakaknya itu.

“kepala kamu berat!” ujarnya seraya menyingkirkan kepala Seira dari bahunya.

“ampun deh, kak Nata ini pelit amat!” pungkasnya. Iapunkemudian beranjak ke kamarnya. Meninggalkan kakaknya sendiri di ruang keluarga. Sementara kakaknya, Kanata hanya senyum-senyum sendiri.

***

Keesokan harinya, Seira diantar Kanata pergi ke kampus. Kebetulan kampus mereka sama dan usia mereka pun sebenarnya hanya beda tiga bulan. Menggunakan sebuah mobil berwarna silver, mereka berdua meluncur ke kampus.

Sesampainya di kampus, Seira segera beranjak ke kelasnya untuk mengikuti mata kuliah morphology and syntax di semester lima jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Sementara Kanata lebih memilih makan di kantin kampus karena jam belajarnya masih dua jam lagi. Ia berencana untuk makan mie ramen sembari menunggu waktu.

Sesampainya di kantin, iapun segera memesan makanannya dan duduk di sebuah meja yang didiami seorang gadis berambut pendek yang tengah menyantap nasi goreng. Gadis tersebut rupanya agak terkejut, sementara Kanata hanya tersenyum padanya.

“kamu Kanata kan?” sapa gadis berambut pendek tersebut.

“iya. Kamu kok tahu nama saya?” tanya Kanata heran bahwa gadis di depannya itu mengetahui namanya.

“kamu nggak inget? Kemaren kamu nemuin dompet aku yang jatuh di jalan.” Ungkapnya.

“ah, iya aku inget! Kamu Kisha ya, kalau nggak salah?” tanggap Kanata sembari mengingat kejadian kemarin.

“iya. By the way, makasih lho kemaren” ujar Kisha.

Tak terasa mereka pun semakin akrab mengobrol ini-itu sembari menyantap makan siang mereka. Setelah beberapa lama mengobrol, akhirnya mereka bertukar nomor ponsel dan alamat facebook. Setelah itu, Kanata beranjak untuk mengikuti mata kuliahnya. Kisha pun sama. Ia ada mata kuliah di jam yang sama. Mereka pun pergi ke kelas masing-masing.

***

Sepulang kuliah Kanata menunggu adiknya untuk pulang bareng di parkiran kampus. Ia telah berjanji untuk menunggu adiknya pulang. Tanpa disadari, seorang wanita telah berada di depannya dan menyapanya. Tapi wanita itu bukan Seira.

“lagi nunggu siapa nih?” sapa wanita itu, sedikit mengagetkan Kanata.

“eh, Kisha. Lagi nungguina adek gue nih” jawabnya.

“owh, boleh ditemenin?” tanya Kisha.

“oh, boleh donk! Sini duduk!” pinta Kanata pada Kisha yang baru duduk setelah ia dipersilahkan duduk oleh Kanata.

Tak lama kemudian, adik Kanatapun tiba tanpa disadari kakaknya. Melihat kakaknya tengah asyik ngobrol dengan seorang wanita, iapun tak menunjukkan keberadaannya yang tak disadari oleh Kanata. Kisha pun demikian. Meskipun ia mengetahui ada seorang wanita duduk tak jauh darinya, ia tak mengetahui bahwa Seira adalah adik pria yang sedang mengobrol dengannya.

“ngomong-ngomong, adik kamu kok nggak muncul-muncul ya?” tanya Kisha heran karena merasa Kanata telah lama menunggu.

“oh, iya ya! Lama ba….eh, nih orangnya!” seru Kanata, baru menyadari keberadaan adiknya. “ngapain lo diem aja gitu?” tambahnya.

“gue kan lagi ngeliatin kakak gue pacaran.” Jawab Seira sambil cengengesan.

“sialan lo! Bukan pacar kok, baru kenal juga kemaren!” sanggah Kanata.

Kemudian ia pun pamit pada Kisha dan segera pulang bersama adiknya itu.

***

Tak terasa seminggu sudah Kisha bertemu dengan Kanata. Setiap hari sejak pertemuannya, ia selalu mencari-cari topik untuk dibicarakan bersamanya. Entah itu di kntin ataupun tempat parkir. Kesimpulannya mutlak, ia telah terpikat oleh kakak Seira yang memiliki postur tubuh ideal, kulit putih dan model rambut yang stylish. Mengingatkannya pada mantan pacarnya sewaktu SMA dahulu, Rain. Sms dan telpon pun telah sering ia lakukan untuk Kanata. Kedekatan mereka mengalir begitu saja.

Di lain tempat, pria yang tengah dipikirkan oleh Kisha ternyata tengah memandangi adiknya yang tertidur di bahunya karena nonton bola. Dengan mengenakan kaos bola favoritnya, gadis berambut panjang itu bersandar pada kakak tirinya itu. Hal itu dak disangka telah membuat hati Kanata berdegup kencang. Pasalnya, meskipun Seira itu adiknya, tetap saja ia hanya adik tiri yang dipertemukan ketika mereka kelas tiga SMP.

Jam di dinding rupannya telah menunjukkan angka tiga. Maksudnya adalah jam tiga pagi. Seira dan Kanata rupanya sama-sama tertidur pulas di ruang keluarga. Tidak tidur di spring bed bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan. Kanata yang tadinya hanya memandangi adiknya pun terserang kantuk juga. Mereka tertidur hingga pagi menjelang. Merekapun bangun dengan muka panik karena sama-sama telat untuk pergi ke kampus.

“kenapa lo malah tidur sih, kak?!” keluh Seira sambil sibuk memakai sepatu dengan tergesa-gesa setelah mereka berdua telah siap untuk ke kampus.

“kamu juga tidur!” tukas Kanata tak kalah ngotot.

Mereka pun akhirnya pergi ke kampus bersama-sama menggunakan motor milik Kanata. Tak perlu waktu berjam-jam untuk sampai ke kampus. Cukup lima belas menit saja mereka sudah tiba di kampus. Kemudian meraka pun mengikuti mata kuliah masing-masing.

***

Hari ini, tidak seperti biasanya Kanata tak menunggu adiknya di tempat parkir. Sebagai gantinya, ia membonceng Kisha di motornya. Rupannya ia diajak oleh gadis berambut pendek itu ke sebuah restoran seafood. Dua porsi makanan pun dipesan mereka.

“kamu tumben ngajak aku makan, Sha?” kata Kanata dengan nada heran, karena baru pertama kali ke restoran dengan Kisha. “Ada acara apa sih?” tambahnya.

“emang nggak boleh ya?” tanya Kisha.

“ya boleh lah. Cuma aneh aja…” sambung Kanata.

Merekapun akhirnya beralih ke topi yang llebih menarik. Sambil menunggu makanan tiba, mereka bercerita tentang tugas-tugas di kampus serta dosen-dosen killer yang menjengkelkan mereka.

Tak lama kemudian, makanan pun datang. Dengan sedikit jaga image, mereka menyantap makanan mereka. Sesekali Kisha meminum jus alpukatnya untuk menghilangkan nervousnya. Begitupun dengan Kanata.

“Kanata..” ujar Kisha dengan agak ragu-ragu.

“kenapa, Sha?” tanya Kanata menanggapi.

“menurut kamu, aku gimana?” tanya Kisha.

“Gimana apanya?” tanya Kanata tak mengerti. Sejenak mereka pun menghentikan kegiatan makan mereka. Ada rasa menyelidik di mata Kanata pada Kisha. Sementara Kisha makin tertunduk karena gugup.

“Kalau aku sih, suka sama kamu!” jawab Kisha dengan kepala menunduk. Pipinya memerah dan perasaannya campur aduk. Sementara Kanata hanya diam seribu bahasa. Ia terlihat bingung dan tak menyangka aka nada seorang gadis yang menyatakan perasaannya padanya.

Setelah lama tak ada jawaban, Kisha akhirnya mengangkat kepalanya untuk menatap Kanata. Rona mukanya yang semula memerah kini berubah ekspresi. Rasa malunya tiba-tiba muncul. Kecemasan pun muncul di raut wajahnya.

“aku bingung mau jawab apa ke kamu, Sha.” Ungkap Kanata.

“a.. ada cewek lain ya, di hati kamu?” tanya Kisha dengan terbata-bata.

“itu…,”
“aku ngerti kok. Lanjutin aja yuk makannya, hari udah mulai gelap nih.” Pungkas Kisha memotong perkataan Kanata.

Sejenak suasana pun berubah menjadi kaku. Tak ada lagi topik yang dapat mencairkan suasana. Acara makan malam pun menjadi datar, kemudian Kanata mengantar Kisha pulang ke rumahnya sebelum ia pun pulang ke rumahnya.

***

Di sebuah kamar bercat merah marun, seorang gadis tengah asyik telponan dengan pacarnya. Sejenak kemudian kakak tirinya masuk ke kamarnya dan dusuk di kasurnya dengan muka ditekuk.
“sayank, udah dulu ya nelponnya. Ada kakak aku nih.” Pintanya pada seseorang yang berada di dalam telpon. Kemudian tak lama setelahnya, telpon pun dimatikan.

“kenapa lo, kak?” tanya Seira sambil menggoda kakak tirinya itu.

“gue abis ditembak cewek, Ra.” Jelas kakaknya itu.

“serius lo kak? Trus gimana? Diterima nggak? Dari Kisha?” tanyanya dengan penuh semangat ke-kepo-an.

“nggak deh, aku nggak jawab apa-apa.” Jawabnya.

“lho, kenapa? Udah untung masih ada cewek yang mau sama lo! Emang ada cewek lain yang lo suka?” sesal Seira dengan nada kecewa.

“iya. Ada!” tegas kakaknya itu, membuat Seira tak dapat membalas perkataannya.

“siapa emang?” tanya seira dengan nada tak bersemangat.

“namanya Seira.”

“oh…, hah?! Maksud lo, gue?” tanggap Seira terperanjat.

“iya!” ujar Kanata, “lo mau jadi cewek gue? Gak mau kan?” tambahnya dengan nada kesal. Lalu iapun beranjak meninggalkan Seira yang tengah tertegun mendengar kata-kata kakaknya itu.

Lama terdiam, Seira segera beranjak dari kamarnya. Tempat yang ia tuju adalah kamar kakak tirinya itu. Untunglah kamar Kanata tak terkunci, iapun akhirnya masuk tanpa basa-basi dan duduk disamping Kanata yang tengah termenung.

“kak?” sahut Seira pada kakaknya itu. Namun kakaknya hanya terdiam.

“ini nggak bener kak! Seira cinta sama mas Aris. Bukan kakak.” Aku Seira, “lagian ini nggak boleh kak, kita saudara.” Tambahnya.

“kakak bodoh! Kisha itu cewek yang baik kak. Dengan ngungkapin perasaannya ke kakak, dia udah ngumpulin semua keberaniannya.” Kata Seira lagi.

“kamu bener, Ra. Ini salah! Aku emang bodoh.” Jawab Kanata, menyelami kata-kata adiknya barusan.

“aku seneng ternyata kakak sayang sama aku. Semoga kita tetep bisa saling menyayangi sebagai kakak-adik ya kak!” senyum Seira menyertai kata-katanya yang sangat bermakna bagi Kanata. Sementara Kanata hanya tersenyum simpul, kemudian ia memeluk adiknya itu erat.

***

Keesokan harinya, Kanata berusaha mencari Kisha sesegera mungkin di kampus. Seluruh tempat-tempat yang biasa Kisha kunjungi telah ia susuri, Namun tak ada sosok Kisha disana. Kanata tetap tak bisa menghilangkan cintanya pada Seira, namun ia tak ingin menutup hatinya untuk Kisha. Ia pun terus mencari gadis berambut pendek tersebut, hingga akhitnya ia temukan Kisha berada di depan kios photocopy. Nampaknya ia habis mengopy berkas-berkas penting untuk mata kuliahnya. Tanpa basa-basi Kanata segera menarik tangan Kisha dan mengajaknya ke taman. Kisha yang terkejut pun tak bisa mengelak.

“kamu kenapa?” tanya Kisha heran.

“Kisha, dengerin aku!” pinta Kanata, iapun sejenak menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya. “kamu mau jadi pacar aku?” tanya Kanata. Seketika Kisha mematung. Seakan tak percaya dengan apa yang ia dengar.

“kamu serius?” wajahnya memancarkan kegembiraan, “eh, tunggu dulu! Cewek yang kamu suka gimana?” seketika wajahnya berubah lagi.

“kamu nggak perlu mikirin soal itu. Yang penting sekarang, aku mau ngebuka hati aku buat kamu.” Jelas Kanata.

“aku mau kok!” jawab Kisha dengan pasti dan penuh kegembiraan.

Sementara itu, jauh di sudut taman kampus, Seira tengah mengawasi kakaknya itu dengan senyum bahagia. Langkahnya terhenti setelah melihat kakaknya itu tengah menarik tangan seseorang ke taman.

“akhirnya…..” gumamnya lirih.

Wajah yang dipenuhi senyum itu seketika dibasahi airmatanya yang tiba-tiba mengalir. Perasaannya bercampur antara senang dan sedih. Tanpa sepengetahuan Kanata, Seira pun menyukai kakak tirinya itu. Namun, ia tahu mana batasan antara seorang kakak dan adik. Ia pun akan menjalani hidupnya dengan seorang pria yang memang sangat mencintainya.

Ketika Cinta Tak Terucap

Karin punya pacar, Namanya Andri. Karin sudah lama berteman dengan Andri, tahun lalu, ketika mereka pergi ke perjalanan wisata sekolah. Karin mulai menyadari kalau ia jatuh cinta sama Andri. Sebelum Perjalanan itu berakhir, Karin mengambil langkah untuk menyatakan cintanya pada Andri. Dan Andri pun mau menerimanya, mereka pun menjadi sepasang kekasih , tapi cara mereka saling mencintai sedikit berbeda . karin selalu berkonsentrasi pada diri Andri dan sangat mencintai pribadinya, tetapi disisi lain, Andri tak pernah menganggap Karin ada. Bagi Karin, Andri adalah satu-satunya pria yang ia cintai , tapi buat Andri, mungkin Karin sebagai pacar cadangan saja. "Andri, apakah kamu ingin pergi menonton film ?" Tanya Karin.

Ketika Cinta Tak Terucap


" Saya tidak bisa" jawab Andri
 " Kenapa, apa kamu sibuk ?" Karin dengan perasaan kecewa.
"Tidak ... aku akan bertemu seorang teman" Jawab Andri. Andri selalu seperti itu . Andri sering bertemu gadis di depan mata Karin, seperti menganggap Karin tidak ada. Baginya, karin hanya pacar simpanannya saja. "Kata 'Cinta' hanya keluar dari mulutku . Sejak aku mengenalnya , aku tidak pernah mendengar dia mengatakan 'Aku Mencintaimu' terhadapku. Dia tidak pernah mengatakan apa-apa dari hari pertama kita pacaran. Setiap hari, dia hanya memberikan Aku sebuah boneka, setiap hari. Aku tidak tahu mengapa?" karin dengan penuh tanya dalam hatinya.Kemudian suatu hari ...

 Karin : "emm.. Andri , aku.."
Andri : "Apa?"
Karin :  "Aku mencintaimu."
Andri :  (hanya memberikan sebuah boneka lalu pulang). Itulah bagaimana Andri mengabaikan Karin. tak ada sepatah katapun dan Andri hanya memberikan boneka itu. Kemudian ia pergi, seperti sedang menghindar. Karin menerima boneka dari Andri hampir setiap hari, hingga ruangan kamar Karin penuh dengan boneka pemberian Andri.

Lalu suatu hari datang, tanggal 15 ulang tahun Karin berusia 19 tahun . Ketika Karin bangun di pagi hari, Karin selalu membayangkan merayakan ulang tahunnya berdua bersama Andri ditaman penuh bunga-bunga. karin pun menunggu Andri untuk menelponnya. Tapi ... siang berlalu, malam berlalu. dan langit pun sudah gelap. Andri belum juga menelpon Karin, hingga Karin tertidur. Kemudian sekitar jam 2 pagi hari, tiba-tiba Andri menelepon Karin hingga terbangun. Dia menyuruh Karin untuk keluar rumah. Dan karin pun menyambutnya dengan suka cita, Karin terus membayangkan hal indah yang selalu dia bayangkan.

Karin : "Andri..?"
 Andri : "Disini ... ambil ini "Sekali lagi , dia memberikan Karin sebuah boneka kecil.
Karin : "Apa ini?"
 Andri : "Kemarin Aku lupa memberikannya sama kamu , jadi Aku memberikannya sekarang. Aku akan pulang sekarang, bye.."
Karin : "Tunggu, tunggu ! Apakah Kamu tahu hari apa ini?"
 Andri : "Hari ini? Aku tidak tahu"
Karin merasa sangat sedih , Karin pikir Andri akan ingat hari ulang tahunnya. Andri pun berbalik dan pergi seperti tidak ada yang terjadi. Lalu Karin berteriak: "Tunggu ... !!"

Andri : "Apa kamu ingin mengatakan sesuatu?"
Karin : "Katakan padaku , katakan padaku kau mencintaiku."
Andri : "Apa? !"
Karin : "Katakan!" (Karin sambil memeluk Andri dari belakang). berharap, Andri bisa mengatakan bahwa dia mencintai Karin. Tapi kenyataanya Andri hanya bicara dingin. "Aku tidak ingin mengatakan itu, jika kamu kecewa mendengarnya, silahkan mencari penggantiku" Lalu Andri pergi. mendengar itu Karin menangis dan  terjatuh ke tanah. "mengapa andri tidak bisa mengatakan Cinta padaku, Bagaimana dia bisa? Aku merasa bahwa Mungkin dia bukan pria yang tepat untukku." tangis karin

Setelah hari itu, karin diam sendiri di rumah sambil menangis, hanya menangis. tetapi Andri tetap saja tak bisa mengatakan cinta terhadap Karin. Andri hanya terus memberikan boneka kecil setiap pagi dan meletakkannya di luar rumah Karin. Hingga boneka-boneka itu menumpuk di kamar Karin.

Setelah satu bulan berlalu, Karin mulai bersekolah lagi. Tapi apa yang dilihat karin sungguh menyakitkan, karin melihat Andri jalan dengan gadis lain, . Karin langsung berlari dan kembali ke rumah dan melihat boneka-boneka itu di kamarnya, sambil menangis karin berkata "Kenapa dia memberikan boneka-boneka ini kepadaku, Apa Boneka-boneka diberikan juga dengan gadis lain?" dalam kemarahannya Karin melempari boneka itu. Lalu tiba-tiba, telepon berdering, yang ternyata Andri. Andri menyuruh Karin untuk datang ke halte bus di luar rumah Karin. Karin mencoba menenangkan diri dan pergi ke halte bus. Karin terus berjanji dalam hati bahwa ia akan melupakan Andri, dan meminta putus. Lalu Andri datang ke hadapan Karin, sambil memegang sebuah boneka besar.
 
Andri : "Karin , Aku pikir Kamu marah, Tapi kamu benar-benar datang" (sambil menyodorkan boneka besar)
Karin : "Aku tidak membutuhkannya."
Andri : "kenapa?"Lalu Karin mengambil boneka itu dari tangannya dan melemparnya di jalan. Karin : "Aku tidak butuh boneka ini , aku tidak membutuhkannya lagi ! Aku tidak ingin melihat orang seperti kamu lagi!". Tapi tidak seperti hari-hari lain , suara Andri sangat gemetaran. "Maafkan aku" Andri meminta maaf dengan  suara kecil. Lalu Andri berusaha mengambil boneka itu di jalan. Karin : "Kamu bodoh! Mengapa kamu mengambil boneka itu? !"

Tapi Andri mengabaikan Karin dan mengambil boneka itu . Lalu ..."Peeep.... Peeep...!!!"Dengan klakson keras, sebuah truk besar sedang menuju ke arah Andri."Andri ! Pergi ! Menjauh ! " Teriak Karin. Tapi Andri tidak mendengarkan Karin, Andri berjongkok dan mengambil boneka itu . " Boom ! " Suara itu , begitu mengerikan .Itulah bagaimana Andri pergi meninggalkan karin. Itulah bagaimana Andri pergi tanpa membuka matanya untuk mengatakan satu kata cinta kepada Karin.Setelah hari itu , Karin harus menjalani kehidupan dengan sendiri diselimuti kesedihan yang begitu mendalam Dan setelah menghabiskan dua bulan seperti orang gila, Karin mengambil salah satu boneka yang pernah diberikan Andri."Hanya Boneka-boneka ini kenangan saya dengan kamu, Aku ingat hari-hari aku menghabiskan waktu bersama dia, ketika kita sedang jatuh cinta" racau karin seperti orang gila." Satu ... dua ... tiga ... " Karin mulai menghitung boneka." Empat ratus delapan puluh lima buah boneka " Itu semua berakhir dengan 485 boneka .Karin kemudian mulai menangis lagi, dengan boneka dalam pelukannya, karin memeluk erat-erat boneka itu, lalu tiba-tiba ..." Aku mencintaimu ~ , aku mencintaimu ~ " Karin terkejut, lalu menjatuhkan boneka itu,Lalu Karin mengambil bonekanya kembali dan menekan perutnya ." Aku mencintaimu ~ Aku mencintaimu ~ "

" Aku mencintaimu ~ "" Aku mencintaimu ~ "" Aku mencintaimu ~ "Kata-kata keluar dari boneka itu tanpa henti. Aku ... mencintaimu ... "Mengapa aku tidak menyadari kalau hatinya selalu di sampingku , melindungiku. Mengapa aku tidak menyadari bahwa dia mencintaiku sebanyak ini ?" Karin mengambil boneka di bawah tempat tidur dan menekan perutnya, itu adalah boneka terakhir, salah satu yang jatuh di jalan, dengan noda darah di atasnya. dan Suara yang keluar dari boneka besar itu." Karin... Apakah kamu tahu apa hari ini ? Kita sudah saling mencintai selama 486 hari . Apakah kamu tahu apa yang 486 ? Aku tidak bisa mengatakan aku mencintaimu ..  karena aku terlalu malu ... Jika kamu memaafkan Aku dan mengambil boneka ini , aku akan mengatakan bahwa aku mencintaimu ... setiap hari ... sampai aku mati ... Karin ... I love you ... "Air mata datang mengalir keluar dari ke dua mata karin. "Kenapa? Kenapa? Aku bertanya Tuhan , mengapa saya baru mengetahui semua ini sekarang? Dia tidak bisa berada di sisiku , tapi dia mencintaiku sampai menit terakhir nya ..." Karin dengan penuh tangis

_Tamat_

Kadang cinta memang tak pernah bisa dimengerti, seperti cinta di atas. teruslah berbaik sangka terhadap pasanganmu, dan tanyakan untuk memastikannya

Aku menyanyangimu Suamiku

Suamiku tertidur di sebelahku, aku mengamati dan memandangnya… Ya Allah aku telah banyak menyakitinya, menghianatinya tanpa pernah dia tahu… Ya Allah betapa aku merasa diriku hina sekali dihadapannya. Aku tidak pantas memperlakukannya seperti ini…

cerpen


Pembaca.. kisahku ini dimulai ketika aku diterima menjadi seorang karyawati di sebuah perusahaan swasta di sebuah kota di Kalimantan. Belum lama aku bekerja di perusahaan tersebut tepatnya baru 5 bulan, bosku memperkenalkan aku dengan sahabatnya.

Sahabat bosku ganteng, kaya, dewasa, pekerjaannya pun mapan, jika dibandingkan dengan pacarku atau lebih tepatnya bisa dibilang suamiku karena kita diam-diam sudah menikah sirih, tetapi perusahaan tidak pernah tahu kalau aku sudah menikah karena masa dinas yang tidak memperbolehkan karyawan menikah sebelum satu tahun bekerja. Suamiku hanya seorang admin di sebuah perusahaan asuransi dan masih menyelesaikan kuliahnya, jika dibandingkan dengan sahabat bosku yang sudah mapan, kaya, dan ganteng itu sungguh sangat jauh berbeda.

Awalnya aku menolak menerima cinta sahabat bosku tersebut, dengan menangis-nangis dia memohon agar aku mau menerima cintanya. Tapi memang awalnya aku belum tertarik padanya, aku merasa tahu diri bahwa aku sudah bersuami dan aku sangat mencintai suamiku itu, dengan membayangkan masa-masa dulu bahagia dengan cinta yang kami bina.

Tetapi dengan penuh cinta, sahabat bosku tersebut berusaha terus mendekatiku. Dia menelpon, sms, menghubungiku melalui Facebook, dan dengan cara-cara lainnya. Meskipun dia jauh di Jakarta, tetapi tidak memupuskan semangatnya untuk mengejarku. Tanpa disadari aku mulai kehilangan dia ketika dia sehari saja tak menghubungiku, aku merindukannya ketika sejam saja dia terlambat menanyakan aku apa sudah makan siang atau belum, aku merasa nyaman dengan kedewasaanya, kasih sayangnya, dan semua perlakuannya kepadaku.

Pada suatu hari kami bersepakat untuk bertemu, dia bela-belain ke Kalimantan hanya untuk menemuiku. Dia utarakan niatnya untuk memperistriku tapi karena aku juga mulai mencintainya akupun berniat memilihnya untuk menjadi suamiku yang sebenarnya. Aku berniat untuk meminta cerai talak kepada suamiku yang sekarang. Tapi karena aku tahu bahwa aku sudah tidak perawan karena aku sudah menikah sirih dengan suamiku yang sekarang. Kuceritakan kondisi diriku yang sebenarnya kepada sahabat bosku tersebut.

Dia menangis seolah tidak terima bahwa seseorang yang sangat dicintainya dan dipilih untuk menjadi istrinya tidak sesuai dengan kriteria dirinya dan keluarganya. Dia bilang kalau dia pribadi bisa menerima aku apa adanya karena dia sangat mencintaiku, tapi untuk memperkenalkan aku kepada keluarganya dia bilang belum bisa dan belum sanggup melakukannya.

Dia tak tahu apakah keluarganya mau menerimaku atau tidak jika calon menantunya adalah seorang janda. Karena di dalam keluarganya harga diri, nama baik, status sosial, bibit, bebet, dan bobot adalah sangat menjadi pertimbangan.

Aku sangat kecewa dengannya, aku berusaha melupakannya setelah pertemuan itu, tetapi tidak kusangka dia tetap menelponku meski dia tahu bahwa aku tidak seperti yang dia mau. Dia tetap berusaha menjaga hubungan cinta kami. Lama kelamaan aku menyadari bahwa dia memang benar-benar mencintaiku. Aku tidak pernah merasakan cinta seperti dia mencintaiku, mengagumiku. Aku merasa menjadi wanita yang paling cantik dan sempurna di dunia karena dicintai seseorang pria dewasa seperti dia.

Akhirnya kita tetap berhubungan, tak ayal berhubungan badanpun sudah menjadi suatu kebutuhan dan sebuah ungkapan untuk kami melepas rindu. Meski jarak memisahkan kami tetapi tidak memupuskan semangat kami untuk memadu cinta. Sebulan sekali kami pasti bertemu, entah dia yang ke Kalimantan atau aku yang ke Jakarta hanya untuk menemuinya. Meski aku harus berbohong kepada keluarga besarku dan suamiku soal seringnya aku harus keluar kota. Aku selalu membuat alasan kalau aku mendapat tugas dinas keluar kota dari kantor. Dengan penuh kesabaran suamiku selalu mengantarkan aku ke bandara jika aku mau ke jakarta dan menjeputku lagi di bandara saat aku kembali ke Kalimantan.

Hari demi hari, bulan demi bulan pun berlalu, kami terus memadu kasih melalui dunia maya, handpone dan sebagainya. Suatu hari keluargaku berniat menikahkan aku secara resmi dengan suamiku, aku bingung harus berbuat apa. Sedangkan aku sudah tidak mencintainya lagi, semua sudah pudar seiring berjalannya waktu. Tetapi aku pun tidak pernah mendapat kepastian dari sahabat bosku itu tentang hubungan kami.

Hubunganku dengan sahabat bosku yang tidak tahu kemana akan dibawa membuatku berpikir dua kali. Sampai kapan aku terus mengharapkannya, sedangkan dia seolah lebih mencintai keluarganya dibanding aku. Meskipun dia rela melakukan apa saja untukku tapi tidak untuk menentang keluarganya demi aku.

Akhirnya aku memutuskan untuk menjalani pernikahan resmiku bersama suamiku. Meski cintaku kepadanya sudah tidak seperti dahulu lagi tapi aku tidak ada pilihan lain. Daripada aku menunggu selikuhanku yang tidak pernah ada kepastian. Dan akhirnya aku pun menikah resmi.

Sahabat bosku itu terus menelponku dan menangis, dia merasa dia juga tidak bisa berbuat apa-apa atas kehidupannya bersamaku. Tapi entah mengapa aku merasa nyaman, tenang, dan bahagia atas pernikahan resmiku bersama suamiku. Meski cintaku tidak lagi sepenuhnya seperti dahulu.

Hari demi hari aku lalui dengan berusaha menjadi ibu rumah tangga yang baik di depan suamiku meski aku tidak setia kepadanya. Hubunganku dengan selingkuhanku pun terus berlanjut, tak berbeda dengan sebelum aku menikah kami tetap saling mengunjungi entah aku ke Jakarta atau dia yang ke kalimantan. Dia tetap mencintaiku seperti dulu, tidak berubah. Dia tetap mengagumiku, memujaku seperti dulu, bahkan kami sempat untuk berencana memiliki anak. Kami terus berusaha untuk bisa segera punya anak, sama seperti suamiku yang ingin segera memiliki anak dari pernikahan kami.

Satu bulan, dua bulan, akhirnya bulan keempat pun tiba. Aku merasa tidak mendapatkan haid di bulan itu. Seminggu setelahnya aku periksa kedokter ternyata hasilnya positif, iya aku hamil. Meski aku belum tahu anak siapa yang aku kandung tapi berita ini membuat kedua laki-laki yang sama-sama mencintaiku itu sangat bahagia.

Tapi entah kenapa aku tidak yakin kalau ini anak selingkuhanku, karena dilihat dari frekuwensi kami bertemu hanya sebulan sekali, meski setiap kali kami bertemu kami pasti berhubungan badan. Pernah suatu hari selingkuhanku menanyakan kepastian siapa bapak dari anak yang aku kandung, tapi aku meyakinkan dia bahwa untuk tidak terlalu berharap karena menurutku labih baik dia kecewa sekarang daripada nanti setelah aku melahirkan, dia lebih kecewa lagi ketika dia tahu bahwa si kecil ngga mirip dia.

Hari ke hari, bulan ke bulan, sampe akhirnya tiba waktu aku melahirkan. Suamiku yang setia menungguiku dari awal aku merasa kesakitan sampai saatnya aku bertaruh nyawa melahirkan anakku, anakku yang aku belum tahu siapa bapaknya. Dari pagi sampai pagi lagi suamiku dengan sabar mendampingiku, memberiku support dan semangat. Sampai dia tertidur di sebelahku, aku mengamatinya dan memandangnya ya Allah aku telah banyak menyakitinya, menghianatinya tanpa pernah dia tahu. Seandainya dia tahu perbuatanku yang sangat bejat ini mungkin dia tidak akan pernah mau melihat mukaku lagi dan mungkin aku akan kehilangan laki-laki yang sangat setia dan baik ini.

Rasa ibaku muncul, tiba-tiba aku ingat masa-masa dulu aku bersamanya merajut cinta. Susah senang kami jalani bersama tanpa mengeluh. Cintaku kembali bersemi untuk suamiku, rasa iba itu membawaku kembali mencintainya, menyayanginya, ya Allah betapa aku merasa diriku hina sekali dihadapannya. Aku tidak pantas memperlakukannya seperti itu. Ternyata aku sadari bahwa masih ada setitik rasa cinta untuk suamiku.

Akhirnya aku pun melahirkan buah hatiku, yang banyak orang menantinya. Dia cantik, putih bersih, mungil. Wajahnya mirip sekali denganku, tetapi bentuk tubuhnya mirip sekali dengan ayahnya, ya! Ayahnya yang tegap, tinggi besar, dan bertulang besar, dia adalah suamiku. Suamiku yang sah yang akupun mulai mencintainya lagi, menyayanginya. Ternyata bapak dari anakku adalah suamiku yang sah, entah kenapa pula aku sangat bahagia mengetahui bahwa ayah kandung dari anakku adalah suamiku sendiri, suami yang sah, yang aku khianati sejak lama.

Akupun menelpon selingkuhanku untuk memberi tahu kabar baik ini kepadanya, meski belum tentu ini adalah kabar menggembirakan buat dia. Setelah kuberi tahu, dia seolah sudah siap atas segala kemungkinan yang akan terjadi, kemungkinan bahwa si mungil cantikku itu bukanlah keturunanya. Kami sempat berkomunikasi melalui video call di rumah sakit, dan akupun menunjukkan si kecil padanya.

Dia tetap bahagia meski dia tahu bahwa anakku bukan darah dagingnya. dia selalu menanyakan kabar anakku setiap dia menelponku. Dia juga ikut cemas jika si kecil sakit. Bahkan dia mengirimkan kado istimewa untuk si kecil. Aku tidak pernah tahu terbuat dari apakah cintanya buatku. Seperti apapun kondisiku dia tetap mencintaiku dan memujaku.

Tapi aku kini telah sadar, aku mulai mencintai suamiku lagi, mulai menyayanginya lagi. Dan aku pun mulai jarang menghubungi selingkuhanku. Tapi meski begitu dia tidak pernah putus asa untuk selalu menjalin hubungan baik denganku. Baginya meskipun dia tidak bisa memilikiku paling tidak dia tetap bisa berteman denganku, tahu kabarku. Bahkan dia mengirimkan uang untuk kado si kecil. Membelikan boneka saat dia ke kotaku di kalimantan. Aku sangat menghargai cintanya buatku, tapi aku sadar bahwa aku sudah bersuami dan bahkan sekarang ada si kecil yang selalu membuatku sadar akan kodratku dan statusku.

Aku menyanyangimu Suamiku.. meski di hatiku sudah terbagi dengan yang lain meski secuil. Maafkan aku, tapi aku berjanji aku tidak akan meninggalkan kalian suamiku dan anakku, kalian tetap nomor satu bagiku. Aku mencintai kalian, kalian adalah semangat hidupku.

Di Balik Pintu Ku Menangis

Dilan merapatkan jaketnya. Angin malam mendesau dan berloncatan masuk ke dalam rumah, meniup bulu kuduknya dan mendinginkan tapak kakinya. Entah mengapa angin malam ini teramat asing. Ia mendongakkan kepalanya ke langit. Berserak bintang-bintang yang tak seberapa. Lalu mulai melangkah menuju tempat yang sama sekali tak ada dalam peta rencananya sambil iseng menghitung bintang yang terangnya dikalahkan lampu petromaks di ujung gang.

Cerpen


Ia berjalan menyusuri trotoar yang penuh lobang. “Aku ingin sekali memakan sesuatu yang teramat masam.” Dilan teringat permintaan istrinya ketika ia selesai sholat malam. Dalam pikirannya, tak ada makanan yang lebih masam ketimbang rujak. Ya, rujak akan memenuhi selera istrinya. Tapi malam begitu kental pekatnya. Dan angin seperti menusuk-nusuk dengan kukunya yang semu.

Rasni memandang tetesan demi tetesan cairan infus yang jatuh ke selang. Begitu pelan. Tetesan cairan itu jatuh bersamaan dengan butiran-butiran airmata dari danau matanya. Kemudian sesuatu —entah di mana— lamat-lamat terdengar suara, seperti tangis seorang bayi. Tapi tak ada. Tak ada.

“Apakah ranjang bayi pesanan kita sudah datang?” tanya Rasni pada Dilan suaminya. Suaranya begitu tipis terdengar di telinga Dilan.

Dilan tak mengucap sebuah jawab

“Susu untuk ibu hamil itu masih ada? Rasni kembali bertanya. Namun Dilan kembali tidak mengucap sebuah jawab. “Kau tahu? Aku sudah menyelesaikan rajutan kaus kaki yang lucu untuk anak kita. Kau mau lihat ?”

“Kau istirahat saja. Tubuhmu masih lemah.” Akhirnya Dilan melepas suara. Lalu ia beranjak keluar dari ruang rawat inap itu. Dan kemudian terdengar suara seperti tangis yang tertahan di balik pintu.

Seketika darah dalam kepala Dilan menggelegak. Ia ingin marah dan berteriak sekuat tenaganya. Tapi tak ada siapa pun di rumah sakit itu yang patut ia marahi. Pula kepada Tuhan. Ia tak punya sedikit pun keberanian untuk protes kepada Tuhan perihal lebatnya bencana yang menimpa dirinya dan istrinya, Rasni. Dilan pun urung melepas teriakannya. Lalu kemudian kembali menghampiri Rasni yang terbaring lemah dengan sebuah selang berjarum di tangan kirinya.

Ia membelai lembut kening Rasni. Menatap matanya dalam-dalam dan memaksakan sebuah senyum di wajahnya.

“Kau tahu, sayang. Air matamu yang jatuh perlahan itu terlalu mahal harganya. Kita tak akan sanggup membelinya kembali ketika air itu habis. Cairan infus di tabung itu belum seberapa harganya ketimbang air mata itu” Bisik Dilan kepada istrinya. Namun Rasni tetap menangis.

Di luar orang-orang berlalu-lalang dari sudut dan simpang yang berbeda-beda. Hujan pun turun dengan kejam. Rasni dan Dilan merasa seperti sepasang manusia yang terasing dari peradaban. Tak akan ada yang menjenguk parasaan mereka.

“Maukah kau mendengar lagi cerita tentang kanak-kanak yang berlarian di surga?”

“Aku sudah jemu mendengarnya. Kau selalu menceritakan itu padaku setiap malam.” Jawab Rasni.

“Tapi kali ini berbeda, sayang. Di surga itu kini ada seorang kanak yang baru saja datang. Kau tahu? Mereka sangat bahagia dengan kedatangannya. Malah ada yang teramat iri melihat sayap di punggung anak yang baru datang itu.”

“Apakah itu anak kita?” tanya Rasni.

“Ya, itu anak kita. Ia sangat berbahagia di sana. Ia juga sangat berbahagia telah menjadi bagian dari cerita kita ini.” balas Dilan.

“Tapi aku ingin ia ada disini. Mengenakan kaus kaki lucu rajutanku, atau bermain dengan sepeda mungil itu. Seharusnya ia bersama kita kan?”

“Ia adalah anak yang terpilih. Ia telah ditakdirkan untuk mengenakan kaus kaki lucu itu di surga. Di sana ia juga bisa bermain sepeda sepuasnya.” Balas Dilan sambil membenarkan letak bantal di pundak istrinya.

“Tapi aku sangat ingin ia ada di sini. Bersama kita.” timpal Rasni dengan binar mata yang mulai berkaca-kaca.

“Kau tahu, sayang. Sebagai orang tua kita sudah berhasil mengantarkannya ke tempat paling menawan. Ia tidak perlu bergelut dengan sandiwara konyol di dunia ini. Kita mestinya berbahagia bukan?” Dilan mencoba meyakinkan istrinya.

“Lalu kepada siapa harus kita berikan nama-nama yang kita reka dulu? Bukankah dialah yang sepatutnya menyandang nama itu.” rajuk Rasni dengan suara serak. Ia mencoba menahan dirinya untuk tidak menangis. Dan itu usaha yang gagal.

“Suatu saat Tuhan akan mengirimkan lelaki tampan atau perempuan jelita untuk kita berikan nama-nama itu. Kita hanya harus mengabadikan kesabaran. Kemasilah kesedihan di dalam dada dan matamu itu. Kita tak perlu bertangisan.” Ucap Dilan sembari menyeka air yang jatuh dari mata istrinya yang tiris. “Besok pagi kita akan pulang. Untuk sementara kita akan tinggal di rumah Ibumu. Aku akan berusaha merebut kembali rumah kita yang dieksekusi itu.” bujuk Dilan pada istrinya agar ia bisa mengusir kabut di wajahnya.

Paginya mereka meninggalkan rumah sakit itu. Setelah rumah mereka dieksekusi, mereka memilih menetap di rumah orang tua Rasni sambil berharap mereka bisa mendapatkan rumah mereka kembali. Masih kuat ingatan di kepala Dilan ketika istrinya jatuh dari tangga setelah mendengar kabar dari pengadilan bahwa mereka harus melepaskan hak mereka terhadap rumah mereka sendiri. Pengadilan memutuskan bahwa sesorang yang sekalipun tak pernah mereka temui memiliki dokumen sah terhadap tanah yang saat ini ditempati Dilan dan Rasni. Ketika itulah mereka harus menerima kenyataan bahwa sebuah kamar mungil di rumah mereka yang antik mungkin tak akan pernah digenangi pipis oleh seorang nyawa telah gugur dari kandungan Rasni—entah karena shock atau jatuh.

Ketika makan malam, Rasni meminta Dilan untuk membuatkannya segelas susu untuk ibu hamil dan mengambilkannya suplemen yang biasa ia minum.

“Sudahlah, Ni. Susu dan suplemen itu tak perlu lagi kau minum. Kuatkanlah hatimu. Suatu saat kau pasti akan meminum susu itu lagi.”

“Apa maksudmu? Aku harus rutin meminum susu dan suplemen itu. kalau tidak kandunganku tidak akan sehat.”

Dilan berhenti menaruh sendoknya dengan pelan ke bagian kanan piring. Ia ingin mengatakan bahwa setelah keguguran, susu dan suplemen itu tak perlu diminum lagi. Namun ia mengurungkan niatnya dan memilih untuk tetap membuatkan susu itu untuk Rasni.

Tatapan mata Rasni seperti sebuah ruang kecil samar dan kosong setelah meminum susu buatan suaminya. Terkadang ia salah menyuapkan makanan ke mulutnya sehingga makanan itu berlepotan di dagu atau di pipinya. Dilan mencoba untuk memaklumi sikap istrinya yang belum terbiasa dengan musibah itu. termasuk dengan permintaan-permintaan konyol yang sering terlontar dari mulut istrinya tersebut, seperti permintaan untuk dibelikan buku cerita anak-anak, kaset tape untuk ibu yang sedang mengandung, majalah balita atau buku panduan senam untuk kesehatan janin.

“Seandainya dulu kita tidak makan di piring sumbing itu, pasti semua tidak akan begini.” Ucap Rasni masih dengan tatapan mata kosong. Dilan hanya bisa terpaku diam mendengar istrinya bicara. “Aku rasa ini kutukan dari ular dan tikus yang kau bunuh ketika azan magrib itu. atau karena jimat kampung yang katamu menjaga keselamatan itu” lanjut Rasni.

“Ini tak ada hubungannya dengan mitos-mitos itu.” akhirnya Dilan mengomentari perkataan istrinya.

“Kalau bukan karena itu, tentu kita sudah mendengar suara bayi kan di rumah ini!” balas Rasni.

“Inilah yang disebut takdir, Rasni. Semua sudah ada di catatan rencana Tuhan.” Dilan kembali menimpali.

“Tapi jika saja dulu kau mau mengganti piring yang ujungnya sumbing itu, rutin mengantarkanku setiap minggu ke dokter atau tidak membunuh ular dan tikus-tikus itu, tentu hal ini tidak akan tercatat di rencana tuhan itu bukan?”

“Piring-piring sumbing, jimat, sambal pedas, buah pinang, ular dan tikus itu juga sudah termasuk rencana tuhan, Rasni. Aku tahu kau kecewa. Tapi kini aku ingin kau menjadi perempuan yang kuat, Rasni.” Balas Dilan dengan suara yang menggelegar. Kemudian terdengar suara hempasan pintu kamar yang mengagetkan cicak-cicak yang barangkali ikut mendengar pembicaraan mereka tadi. Lalu dari luar terdengar sesuara. Seperti tangisan. Entah siapa yang menangis di balik pintu, namun yang pasti, semenjak itu tangisan selalu terdengar ketika malam. Tangisan itu selalu diawali oleh bunyi hempasan pintu lalu dibarengi oleh bunyi piring atau gelas pecah.

Azan magrib di masjid belakang rumah Dilan belum selesai ketika dengan tiba-tiba Rasni merasa sesuatu akan meledak dari perutnya. Sesuatu yang tak bisa di tahan dan harus dimuntahkan. Ia bergegas berlari sekuat tenaga menuju kamar kecil meski ia merasa seperti dihoyong gelombang.

Namun, badai dari dalam perutnya tak tertahankan dan terlanjur dimuntahkan sebelum ia sampai di kamar kecil. Kemudian ia terjatuh dan tak mengingat apa-apa lagi sampai ia menemukan dirinya terbaring di kamarnya, dan disana ada suaminya yang sedang mengulum senyum bersama Bapak Fendi yang merupakan seorang dokter spesialis kandungan yang sudah satu tahun lebih tidak dijumpainya.

“Kau masih ingat bapak Fendi ini kan, sayang? Kau tahu untuk apa beliau setelah sekian lama kembali menengok kita?” sambut Dilan ketika istrinya telah sadarkan diri. Rasni menggeleng pertanda ia tak mengerti.

“Akan ada sebuah nyawa mungil di dalam perutmu ini.” sambung Dilan sekenanya hingga membuat Rasni tak sanggup berkata suatu apapun kecuali membahasakan keceriaannya dengan mata yang berkaca-kaca.

Lalu dengan tiba-tiba, ketika jam dinding berdentang di tengah malam, Rasni meminta Dilan untuk mencarikannya sebuah makanan yang sangat masam. Sebuah makanan yang sanggup melawan pahit di ludahnya. Walaupun angin malam begitu menusuk tubuhnya, Dilan menyanggupi untuk mencari makanan yang masam untuk istrinya.

Dengan menyusuri trotoar yang lengang, Dilan berharap bakal menemukan orang yang menjual rujak. Ia terus mencari meski ia tahu selarut ini tak akan ada orang yang berjualan rujak kecuali deretan gerobak sate, nasi goreng, kacang goreng dan sekoteng. Namun, sesuatu dalam dadanya menguatkan kakinya untuk mencari orang yang berjualan rujak yang masam itu, karena betapa ia telah jemu menangis dan mendengar tangisan di balik pintu.

Dan betapa ia merindukan sebuah tangisan lucu yang memecah malam di balik pintu itu. Maka untuk itu ia merelakan dirinya untuk mengganti piring-piring yang sumbing di rumahnya dengan piring baru, dan berjanji untuk tidak membunuh ular, lipan, tikus atau serangga dan nyamuk sekalipun karena betapa ia merindukan suara tangisan yang lugu dan lucu di balik pintu yang kerap menggoda mimpi-mimpinya itu

Life of Pi

Kisah ini akan terasa akrab bagi pembaca novel atau film saduran novel Life of Pi. Terombang-ambing di lautan dalam jangka waktu lama, bertahan hidup, berhasil kembali ke daratan, dan ceritanya diragukan. Bedanya hanya ketiadaan hewan dalam kisah nyata ini seperti halnya cerita fiksi karangan Yann Martel tersebut.

Life of Pi


Adalah Jose Salvador Alvarenga (37) yang mengaku menghabiskan lebih dari satu tahun terombang-ambing di laut. Dia tiba di Majuro, ibu kota Kepulauan Marshal, Senin , terlihat seperti orang yang memang hilang selama setahun.

Berambut panjang terburai dengan jenggot berantakan, Alvarenga tersenyum dan melambaikan tangan kepada kerumunan orang sembari menggenggam kaleng minuman ringan yang dia sebut sebagai minuman bersoda pertama yang dia nikmati setahun terakhir.

Alvarenga berasal dari Meksiko. Kepulauan Marshall tempat dia terdampar berjarak sekitar 5.500 mil atau hampir 9.000 kilometer dari tempat asalnya. Meski mengaku baru lepas dari ujian hidup berat di samudra, Alvarenga masih tampil "chubby".

Kisah Alvarenga pun ibarat versi kehidupan nyata dari cerita film Cast Away. Kali ini dengan pengecualian adegan voli pantai. Otoritas Kepulauan Marshall dengan hati-hati menyatakan keraguan atas penuturan Alvarenga dalam bertahan di lautan.

Kisah Alvarenga

Dalam penuturannya Alvarenga mengatakan dia tersesat setelah memancing hiu di lepas pantai Meksiko pada Desember 2012. Dia mengaku bertahan hidup di Samudra Pasifik dengan makan ikan, burung, dan kura-kura.

Sebagaimana dituturkan Duta Besar Amerika Serikat untuk Republik Kepulauan Marshall, Thomas Armbruster, Alvarenga mengaku meraup ikan kecil yang berenang di samping perahunya dan memakan ikan itu mentah-mentah. Untuk mengatasi rasa haus, dia meminum darah burung yang bisa dia tangkap.

Kepada petugas, Alvarenga mengaku berasal dari El Salvador tetapi telah lama tinggal dan bekerja di Meksiko sebagai nelayan selama 15 tahun sebelum hanyut. Pada Desember 2012, Alvarenga mengatakan dia meninggalkan Meksiko menggunakan perahu fiberglas bersama seorang rekan remaja bernama Yehezkiel.

Hantaman badai menjadi awal "petualangannya" terkatung-katung di lautan. Menurut Alvarenga seperti ditirukan Armbruster, Yehezkiel meninggal sebulan sejak pertama kali perahu mereka dihantam badai.

Lebih dari setahun di laut, Alvarenga mengatakan kepada petugas dia berenang ke daratan Ebon, daerah kecil yang masuk wilayah Kepulauan Marshall. Dengan cepat, cerita perjuangannya bertahan di laut menjadi buah bibir warga. Setelah menjalani pemeriksaan medis, Alvarenga ingin cepat kembali ke Meksiko.

"Dia sangat ingin kembali berkomunikasi dengan majikannya, dan juga dengan keluarga Yehezkiel," ujar Armbruster mengutip Alvarenga. "Itulah motivasi dia sekarang."

Aku Berjalan Menuju Tempat Parkir

Awal dari sebuah rasa manis akan tetap manis jika kita pintar megolah rasa manis itu agar tetap manis. Cerita itu berawal pada sebuah hubungan antara cewek manis yang sering disapa Indi dengan cowok yang sering dipanggil Ihsan. Hubungan mereka yang telah berjalan hampir 9 bulan ini berawal mulus dan penuh dengan bahagia.



Rasa pahit ini dimulai saat hari-hari sebelum ulang tahun aku diakhir bulan awal tahun ini. Sebuah perubahan terjadi pada Ihsan. Waktu yang tak pernah ada untukku membuatku sudah kehabisan kesabaran untuk selalu ngertiin Leo yang sibuk berkerja,hingga hari liburpun ia tetap bekerja. Hingga 2 minggu sebelum ulang tahunku,aku mengirim sebuah pesan panjang kepada Ihsan.

To : (085643xxx890) Ihsan sayang

Aku tak tau knp km berubah. Km lupa dgn semua janji hubungn kita. Aku rasa ini puncak dari sebuah rsa sabarku. Aku ingin kita udahan aja,jalan ini mgkn yg terbaik. Maaf utk smua dan maksh untuk hari2 lalu. Aku bukn berhnti mencintai tpi aku ingin berhnti menyakiti hati.
Dengan rasa berat hati dan meneteskan air mata,aku mengirim pesan itu ke dia. Namun seperti yang sudah aku duga,tak ada tanggapan dari Ihsan hingga satu minggu sebelum ulang tahun.
Hari-hariku sangat berat saat ia sedang menghadapi ujian yang sedang berlangsung di kampusnya aku juga harus menghadapi masalah dengan Ihsan

Saat aku berkeluh kesah dengan sahabat akrabnya yang suka dpanggil “Sipit” namun ia juga tak memberi respon bahkan saat aku memulai cerita,
“pit,aku sebel deh ama Ihsan,aku dicuekin,sampe aku ngomong putus aja gak direspon,pokonya akau penegen putus dari Ihsan ………….”
Belum selesai aku bercerita sipit langsung jawab dengan pernyataan juteknya dan muka jelek, “udah ah mb Indi,aku mau pulang,capek aku”,sambil dia meanarikku untuk pulang. Dengan rasa sedih aku menganggukkan untuk mengiyakan agar sipit pulang.
Aku berjalan menuju tempat parkir motor sambil memikirkan,kenapa dengan Sipit. Otakku ini penuh banget,Sipit jadi berubah, Ihsan juga gak kalah berubah,ditambah ujian yang bakal dihadapi. Dalam hatiku cuma berucap “ ujian hidup dan ujian kampus kok berat banget”. Aku mencoba menghubungi Pit berulang kali namun jawaban dari operator selalu sama “nomor yang anda tuju sedang sibuk”. Aku mencoba sms Sipit..

To : (085678901xxx) Sipit

Pit,kok sekarang kmu berubah,saat ini kau butuh kamu pit 
Sambil menunggu balasan dari Sipit aku berpikir apa Sipit juga punya masalah jadinya gak mau dicurhatin. Tak berapa lama ada pesan masuk dihandphoneku,dalam hati inginnya leo yang sms aku. Tap aku yakin pasti Sipit yang balas.
Jreng,,dengan terkejut …
Dari : (085643xxx890) Ihsan sayang

Sayang aku lagi sibuk buat beberapa minggu ini.
Setelah baca ini ada rasa lega tersendiri ternyata dia sibuk tapi makan hati juga kalau gini terus. Lalu tak berapa lama sipit menyusul membalas sms dariku.
Dari : (085678901xxx) Sipit
Mb Ndi,sorry aku lagi irit pulsa,gak bisa balas smsmu.
Dengan rasa yang udah bercampur dihati sms mereka takku balas,dan membuang handphoneku dari hadapanku. Jam dinding di kamarku yang udah nunjukkin pukul 23.00 WIB tapi mata susah banget dipejamin. Udah beberapa hari ini aku tidur diatas jam 01.00 WIB. Tapi aku berusaha memejamkan mata namun handphone berdering,sebuah lagu menjadi lagu tanda panggilan masuk. Aku tak ingin melihat siapa yang menelpon malam gini,tapi telepon itu tidak berhenti berdering.
Ku coba melirik handphone dan melihat sebuah nama yang taka sing,karena ternyata yang telepon itu adalah Ihsan. Dengan segera aku menganggat telepon.
“Assalammualaikum, Ndi”. Sebuah salam yang terdengar dari seberang namun kali ini Ihsan berubah karena memanggilku Indi.
“Walikumsalam,gimana ada apa?” dengan gaya biasa karena tetep aku jaga gengsi. Hehehe..
“kok belum tidur,Ndi”,dengan nada datar dan tanpa dosa.
“belum aja,belum ngantuk. Kamu sendiri kenapa belum tidur juga?”
“Kok panggilnya ‘kamu’ ?”. Ihsan ini paling gak suka kalau dipanggil ‘kamu’ walaupun lagi marahan.

Aku juga Cuma jawab singkat,”kamu ja panggil aku Ndi”.
Malam ini begitu dingin,sekalinya telepon seperti ini. Lama sekali kami terdiam,entah apa yang dipikirkan oleh Ihsan saat ini.
“Em,tidur yuk,udah malam,nanti sakit.” sebuah ucapan manis dari Ihsan ini lumayan menyejukkan hati kalau dia masih perhatian denganku.
Aku dengan sedikit menghilangkan gengsi,”ya udah tidur,besok kan kamu kerja juga”
“ya udah,met malam ya”. Tuttt.. Tuttt..Tutttt …
Tiba-tiba telepon itu terputus,aku belum sempat membalas ucapannya. Bahkan ucapan yang sering dilakukkan pun tiba-tiba hilang.
Aku tetap tidak bisa tidur,aku berpikir terus “apa yang kamu mau sih Ihsan,putus gak dikasih jawaban,tapi masih perhatian”. Dengan gemasnya boneka beruang yang pernah ia berikanpun jadi sasaran kemarahanku. Aku coba mengajak bicara boneka itu,

“apa sih mau mu Ihsan?”
“aku ini masih pacaramu bukan?”
“aku bingung ma kamu”. Sambil kupukul-pukul boneka itu,”jawab dong,diem aja kamu”.
Tiba-tiba air mata ini menetes perlahan dan dengan rasa sayang aku memeluk boneka.
Dengan lirih aku berucap, “Ihsan aku sayang ama kamu,tapi kamu bikin aku nagis terus.”
Pelukanku keboneka menemaniku hingga aku terbangun dari tidurku. Pagi cerah ini dengan mata agak sedikit sembab mencoba untuk bersemangat ke kampus. Hari ini bakal jadi jadwal yang paling bosen,kuliah dan rapat organisasi hingga sore. Tapi aku berpikir ini mungkin cara menghilangkan rasa sedihku.

Seperti biasa aku janjian dengan Sipit di kampus karena beberapa mata kuliah kami sama jadi kadang kami sekelas. Kami mendapat julukan “emak dan anak” karena tiap Sipit dating duluan yang ditanyain aku begitu juga sebaliknya.
Dari belakang mencoba mengagetkan Sipit,“dor…Pit,,,”
“yeee…mb Indi,kagetin aja. Gak sedih lagi ni?”
“udah enggak dong,kan males mikir orang yang gak mikir aku”
“kenapa Ndi mata kamu,dicium nyamuk apa semut cowok ni.hahahaha”. Dengan gaya khas ketawa sambil matany merem sipit mengejekku.

“apaan sih kamu,Pit.. Ini mata sembab karena aku pompa,niatnya matanya biar belok dan gak Sipit kayak kamu”. Sambil aku membuka mata dengan jariku dan berlari karena aku ngejek Sipit.
Seketika itu pikiranku tentang Ihsan hilang, ya walaupun Sipit gak dengerin ceritaku, setidaknya bisa bikin ketawa aku. Karena kami punya semboyan “Kita gak sedih lagi,gak nangis lagi”. Itu Cuma kalimat dari lirik lagu Smash tapi bisa bikin seneng.
Hari-hari berikutnya terasa cepat sekali,sampai gak inget kalau besok udah hari ulang tahunku. Dan beberapa hari ini gak nyangka nama Ihsan hilang di pikiranku,kita sama-sama gak saling smsan atau telepon.

Hari yang ditunggu namun bikin kecewa,semalaman aku tak tidur berharap Ihsan bakal jadi orang pertama yang mengucapkan ulang tahun ini. Tapi aku gak begitu peduliin itu,karena banyak sahabat,keluarga yang memberiku ucapan dan lebih special.
Lebih malasnya lagi hari ini masuk kuliah,sesampainya disana. Sebuah kejutan kecil dari temen-temen.
“happy bday to u,,,happy bday to u,,happy bday,happy bday,happy bday Indi…..”
Sebuah donat kecil dan lilin diatasnya dibawa oleh Sipit untukku.
“Tiup lilinya mb Ind,tapi,,,make a wish dulu ya…”

Ku memejamkan mata dengan sebuah doa,dan saat ku buka mata ini ku meniup lilin. Donat kecil itu ku potong kecil-kecil agar semua temen ikut menikmati,walaupun dikit. Suapan pertama untuk sipit sambil cipika cipiki.
“Happy bday mb Indi”
“makasih sayangku”
Dan hari ini waktu itu cepat sekali,kejutan dan ucapan tak henti-hentinya datang. Namun tak satu smspun dari Ihsan untuk mengucapkan ulang tahun. Sekalinya aku lihat jam udah jam 17.00 WIB. Dan saatnya pulang kerumah dengan rasa penuh kebahagiaan. Aku jadi mengerti arti sebuah persahabatan.

“balik yuk,Pittttt,udah capek ni seharian dan aku juga udah bosan kalau ketemu kamu terus.heheheh..” sambil gemes ama pipinya yang chubby banget.
Dengan jengekelnya Sipit menarik tanganku,”sakit tauuu…hehehehe. Serius ni bosan ma aku?hehehe”.
“iya,untung aja kuliah itu gak 24 jam,coba 24 jam bisa mati konyol ketawa ma kamu terus.”
“Agh,nyebelin mb Indi ni,”dengan muka manyunnya.
“Tapi kalau ketawa sambil merem dan gak boleh manyun ntar tak tinggal pulang lho”
“jangan,,nebeng sampe depan ya”,dengan muka melas dia dan senyum Sipitnya.
Dengan sikap hormat,aku menjawab “siap laksanakan boss..sipitnya mana sipitnya”,aku mencoba masih menggodanya.
Aku dan sipit menuju parkir kampus untuk mengambil motor . Saat menuju motorku aku heran kok ada sebuah kantong plastik yang tergantung dimotorku.
“Pit,tu ada plastik punya sapa ya?”
“Ya punya mb Indi dong,kan dimotor mb Indi”
“Tapi aku tadi gak bawa apa-apa,jangan-jangan…………..”
“jangan-jangan apa mb Indi?”

“jangan-jangan Bom Pit,kaburrrrrr…………”,aku langsung berlari berniat ngerjain sipit yang kaget. Sipit juga ikut lari dan berterika,”Mb Indi tunggu”, dengan nada manja anak kecil.
“mb Indi,liat aja yuk”
Kami mencoba kembali ke motor kami dan melihat isi kantong yang ada di motorku itu.
Jrenggg……jrenggg… coba tebak apa isinya…
“Agh,flasdisk??”,aku dan sipit mengatakan hal yang sama.
“tau gitu aku nitip kamu aja biar,masak ngomong aja kita barengan”
“gak apa-apa mb Indi,kita itu emang ditakdirin bersama-sama”
“udah-udah,,kamu ntar GR malah berabe.” Sambil ku lihat kantong itu barang kali ada yang lain,“maksudnya apa ya Pit ini?”
“gak tahu,coba dicari ada tulisan dari pengirim gak”
“Ini ada tulisan pit”,aku membaca sebuah memo kecil dari sang pengirim.
‘Indi,ini flas ada sesuatunya, dilihat pas pukul 20.20. gak boleh dilanggar’
Dari : pengirim flasdisk

“mb In,jangan-jangan dalemnya ada Syahrininya,tu ada sesuatu”
“Hahahaha,,,kamu itu aneh-aneh aja,mana muat Syahrini masuk flasdisk”
Aku masih bingung dengan ini,maksud dan isi dari flas ini apa. Kulihat sipit mebolak balik kantong itu.
“Kenapa pit,kok dibolak balik?”,anak satu ini aneh banget.
“ya ini kantong nyebelin mb In,gede kantongnya isinya Cuma flas. Gak ada makanan atau apa gitu”
Sambil gemesin pipinya,”kamu itu,makan mulu….udah kita pulang. Jadi gak sabar pengen liat isinya apa”
Setelah sepanjang jalan memikirkan isi flas,tak terlintas akan pikiran tentang Ihsan. Seakan beberapa hari ini aku dibuat amnesia tentang Ihsan. Aku juga tak mengenali tulisan tangan dari si pengirim. Sebuah tanda tanya besar dipikiran ini belum terjawab.
Malam sudah mulai larut,berulang mata ini melirik jam dinding namun seakan jam itu berputar sangat lambat. Sudah tek terhitung berapa kali mata ini melirik untuk menunggu pukul 20.20. rasanya tunggu sesuatu yang bikin penasaran itu sangat menyebalkan. Setelah menunggu beberapa saat sms masuk ke Hpku.

Dari : (085678901xxx) Sipit
Isinya apa mb Ind?
Aku segera mereplay sms sipit.
To : (085678901xxx) Sipit

Gak tau juga,ntar lagi aku buka.
Waktu yang ditunggu sudah datang,seperti anak yang mendapatkan hadiah aku sangat begitu antusias untuk mengetahui isi flas itu apa. Langsung ku buka dilaptopku dan hanya ada sebuah file yang berformat video. Bergegas aku membuka video tersebut.
Sebuah video ucapan selamat ulang tahun dari Ihsan. Disitu Ihsan menyanyikan lagu milik Ipang yang berjudul “Akhirnya Jatuh Cinta”,” Tak Ada gantinya”, “Tanpamu” yang merupakan lagu favorit kita. Didalam video Ihsan sambil bermain gitar menyanyikan lagu itu. Diakhir video itu Ihsan mengatakan sesuatu yang sangat menyentuh.
“aku sekarang tau siapa yang harus aku perjuangkan,ternyata kau harus memeprjuangkan kamu,bila cintaku dan cintamu bersatu aku yakin cinta ini kekal dan abadi utnuk selamanya karena kamu semangat hidupku”
Diakhir kata-kata dari Ihsan membuat aku menagis terharu dan senyum bahagia.
Beberapa saat kemudian ada yang mengetuk pintu rumah,sambil aku menghapus air mata ini aku beranjak untuk membukakan pintu.
Saat kubuka pintu,sebuah kejutan yang termanis yang aku terima.

“Happy bday to u… Happy bday to u…..”

Aku terkejut karena Ihsan datang bersama SIpit dan SIput. Biar jelas,siput ini adalah cowok Sipit,kita panggil Siput karena dia super karet dan lama kalau ada janjian jalan-jalan. Kalau janjian pergi bareng jam 08.00,dia bisa baru datang jam 10.00 karena kelamaan mandi.
Aku lanjutin ceritanya, Ihsan dengan membawa kue ulang tahun menyanyikan lagu ulang tahun bersama Sipit dan Siput. Dengan segera aku memeluk Ihsan dan memukul Ihsan karena aku sebel dan aku bahagia. Ihsan juga membalas pelukku sambil membisikan “happy bday sayangku,”
“makasih sayangku”, Ihsan juga mencium keningku.Dan aku kembali memeluknya.
“Eehmmmmmmm….”,sipit ma siput mengagetkan kami.
“Halooo…lilinya mau cair ni,mau ditiup gak ni?”,sipit langsung aja nerocos.
“Iya dong,kan kueku,hahhahaa… tapi masuk dulu yuk,,”
Setelah beberapa saat aku mentiup lilin ulang tahunku dengan sebuah doa dan ucapan terima kasih pada Allah karena udah ngembaliin Ihsan lagi. Untuk beberapa saat aku sedikit manyun ama Ihsan.

“sayang itu nyebelin tau,cuekin aku”
“jangan salahin aku aja,tu sipit ma siput juga. Mereka juga ikut andil dalam urusan ini”. Dengan segera aku menghampiri sipit m siput dan mencubit mereka.
“dasar kalian berdua,sengkongkol ya”. Dengan muka tak berdosa mereka hanya tertawa.
Dengan rasa kagen yang udah beberapa minggu gak manja-manjaan ma Ihsan. Aku mencubit karena aku masih sebel dikerjain.
“aduh sayang,ampun,,,”,diraihnya aku dan dipeluk sama Ihsan.
“maaf ya sayang buat kemarin-kemarin. Tapi aku gitu karena kau sayang. Love you sayang”
Dengan nada manja aku menjawab,”iya sayang. Love you too sayangku”
Untuk kedua kalinya,kami diganggu oleh sipit ma siput. “Hello,disini ada kami” siput bersuara untuk kali ini.

“ayo mb Ind,dipotong kuenya,masak mau diliat aja”
“dasar tukang makan,iya,iya,,tak potong ya”
Dan lebih nyebelin lagi,kuenya ditulisin ‘happy bday Indi. Semoga cepat gemuk’. Mereka itu ada –ada aja. Selanjutnya aku memotong kue.
Untuk potongan pertama aku memberikan kepada Ihsan. Dan sebuah kecupan manis dikening untukku dari Ihsan.
Untuk potongan selanjutnya sipit dan siput. Kami bercanda sambil menikmati kue ulang tahun.
“kok bisa kalian kerja sama,aku kasih tahu ceritanya dong”
Secara bersama-sama mereka tertawa,karena sudah berhasil mengerjain aku.
Cerita awal dimulai dari Ihsan, Ihsan mengajak siput dan sipit untuk ngerjain aku. Dan semua skenario sudah dirancang. Sipit selalu memberi informasi pada Ihsan tentang aku.
“sayang waktu malam itu aku telepon karena denger dari sipit kamu sedih banget. Aku gak tega jadi aku telepon”
“aghh,,nyebeliin sayang tu”
“hahahahaaaaaaaaa….” Mereka menertawakan kebodohanku.
“terus yang kasih flas dimotorku?kan syang kerja,sipit ma aku terus,mesti siput ya”,sambil tunjuk Siput.

Dengan senyumnya siput mengakui,”iya aku yang kasih flas kemotormu dan itu tulisanku. Kan kamu belum pernah liat tulisanku”
“aghh,,dasar siput,kamu itu”
Dan semua kembali tertawa karena melihat kebodohanku. Aku Cuma cemberut dan ikut ketawa.
Ternyata kejutan dari Ihsan belum berakhir.
“tutup mata sayang,gak boleh ngintip lho..”
“ada apa to?”
“ya udah tutup mata dulu,nanti kan tau. Tapi berdiri dong”
Aku mencoba menuruti semua kemauan dia dan aku penasaran apa yang akan diberikannya,karena flas dan kue sudah menjadi kejutan yang teka terlupakan.
“udah belum sih,lama banget”,dengan sebel karena gak sabar pengen tahu.
“ok,sekarang dibuka perlahan ya…”

Sedetik kemudian aku membuka mata,sebuah kejutan yang manis. Ihsan memberikanku sebuah cincin dan ia sambil berkata “mau kah kau berjanji untuk selalu menjaga dan mempertahankan hubungan kita dalam keadaan apapun?”.
Dia bertanya seperti itu karena kalau diajak nikah aku gak mau jadi gak mungkin kalimatanya “will you married me?” bakal langsung aku tolak,
Dengan rasa yang bahagia dan tak mampu berucap,aku hanya menganggukan kepala sebagai isyarat aku mau. Dan Ihsan pun memakaikan cincin itu dijari manisku. Dan sebaliknya aku. Setelah cincin ini tersemat di jari kami, Ihsan memelukku dan mengatakan sesuatu padaku,
“aku janji akan menjagamu.”
Dengan rasa yang tak bisa ku ungkapkan aku menjawab dari ucapan dengan,”aku juga berjanji hati ini untukmu”
Dan sipit mengagetkanku dengan ucapannya untuk siput,”sayang aku juga mau kayak gini”
“hahahahhahah,,,”,kami semua tertawa dengan ucapan sipit.
Malam kian larut dan tak terasa jam udah nunjukkin pukul 23.00. semua pamit untuk pulang. Namun aku sedih karena Ihsan juga pulang,aku masih pengen sama dia. Rasa kangenku sama dia belum terobati. Namun waktu yang bicara.Mereka akhirnya kembali kehabitat msing-masing(maksudku ke rumah masing-masing.)

“mb Ind,kita pulang dulu ya”,sipit dan siput bersalaman denganku untuk pamit.
“ok,,makasih ya buat kalian berdua”
“sayang,aku pulang dulu ya,langsung bobo ja,udah malem,”
“iya sayang,syang juga langsung bobo. Hati-hati ya,,”
“iya sayang,love you sayang”,kecupan kening untukku.
“love you sayang”
“udah mb Ind,ntar gak selesai-selesai kalau cium peluk mulu,” sipit ngiri ni,hehehe
“ya biarain,ni kan pacaraku,masak aku mau cium siput,boleh po?hahaha” aku menggoda sipit.
“ya gak boleh kok”

“sayang awas aja ya,” aku langsung dapet peringatan dari Leo dan Sipit.ahaahahah
Dan mereka pulang kerumah masing-masing. Malam ini bahagia yang tak terkira. Dan gak mungkin aku lupakan. Aku beruntung memiliki teman dan Ihsan yang menyayangiku.
Aku juga lebih bisa memaknai arti sebuah persahabatan dan kasih sayang.Dan aku berharap harapan yang aku inginkan terkabul,sebuah harapan yang tak akan ku ucapkan jika belum terjadi.
Di hari berikutnya kami kembali seperti biasa, Ihsan kembali normal. Hari terasa cepat hingga tak terasa sudah masuk bulan Mei. Dan yang paling aku senang karena 27 Mei adalah satu tahun kami berpacaran,aku ingin membuat suatu perayaan kecil dengan kejutan kecil dariku. Saat sebuah rencana manis aku susun rapi dengan penuh cinta. Sebuah kabar buruk yang menghancurkan sebuah rencana itu datang.
Saat beberapa hari sebelum hari itu saat dia datang kerumah sudah larut malam dan gak biasanya dia datang selarut ini.

“duduk dulu sayang,mau minum pa?”,aku mempersilakan dia duduk.
“makasih sayang,gak usah minum. Aku Cuma pingin malam ini ama sayang”,dengan senyum dia mengatakan itu.
Tersontak aku kaget dengan ucapannya.”Maksudnya apa?”
“gini,aku besok bakal berangkat berlayar ke India untuk waktu yang cukup lama”. Dia menghela nafas setelah mengahkiri ucapannya.
Aku hanya bisa diam saat mendengar itu semua. Aku tak dapat mengatakan apa-apa. Aku tak suka ini semua.

“sayangg…..”. dia membuyarkan lamunanku.”kamu gak apa-apa kan??”
“eh,,em,,sayng serius?sayng ini Cuma bercanda kan?”. Aku mencoba mencari jawaban kalau ini semua Cuma kebohongan dia. Karena dia sering sekali mengatakan itu.
“kali ini benar”,sambil dia mengeluarakan surat-surat sebagai tanda kalau kali ini dia tak berbohoong.
Aku memintanya danku teliti satu demi satu saurat-surat itu. Dan benar sebuah nama negara sebagai tujuan berlayar atas nama dia. Aku menaruh kembali surat itu dan bertanya,”berapa lama berlayar?” dalam hati ku pasti wkatu yang lama karena line/tujuannya jauh.
“2 tahun sayang aku akan pergi”

Aku tak tahu harus bagaimana lagi saat dia menjawab 2 tahun. Aku hanya terdiam,dia pun ikut terdiam karena dia tahu pasti aku gak bisa terima ini semua.
“sayang bohong kan?sayang boong ya?”,aku masih mencoba tak percaya. Namun saat tangan ini digenggamnya untuk mencoba meyakinkanku.
“sayng,aku bener besok bakal berlayar. Aku tau sayang bakal kesepian banget. Apalagi di sana nanti aku juga gak dapet sinyal. 2 tahun itu aku sebulannya hanya mendarat 2 hari sayang.”
Aku benar-benar terdiam tanpa sebuah sedikitpun ucapan yang aku keluarkan dari bibir ini. Aku membayangkan rencana kecilku di hari jadian kita hancur. Tangannya tetap menggenggamku untuk menguatkanku.

Sedetik kemudian air mata membasahi pipiku. Sebuah sentuhan manis darinya untuk menghapus air mata ini makin membuat aku menangis. Dan selanjutnya sebuah pelukan manis darinya. Aku menangis di dadanya dengan sebuah pelukan dan belaian dia dengan diciumnya keningku olehnya. Mungkin ini pelukan terakhirnya.
“sudah sayang,jangan gini. Nanti aku nangis juga,jelek kalau nangis. Cantiknya mana..”. dia masih mencoba menghiburku dan menggodaku.
Dengan perlahan aku lepas pelukan ini darinya.” Sayang,aku sayang banget ama kamu. Aku gak pengen jauh dari kamu. Tapi ini untuk masa depan,aku harus dukung kamu. Aku akan tunggu kamu di sini. Aku ingin kamu janji,2 tahun lagi kamu datang kerumahku”
“aku janji sayang.” Dia kembali memelukku sambil berucap,”awas aja kalau sayang punya pacar lagi,hehehe”

“agh,paling syang juga di sana”,mencoba gak mau kalah aku.
“aku aja bakal di air terus. Di kapal juga cowok semua. Ada juga ibu-ibu. Lagipula aku kan punya sayang yang bakal selalu ada”
“gombal sayang ki”
“biarin,yang penting gak gembel..hehehhe”
Kami kembali tertawa dan menikmati hari perpisahan ini hingga tengah malam.
“besok anterin aku ya,mau kan?”

“ok deh sayang,”

“tapi gak boleh cengeng ya”
“ya biarain kok,,masak pacar bakal pergi jauh gak boleh nangis”
Perlahan dia berdiri dari kursinya dan meraih tanganku kembali,”sayang janji ya gak macem-macem kalau aku tinggal. Inget cincin ini jadi saksi hubungan kita”
“Aku janji sayang”. Sambil ku tersenyum walaupun aku sedih.
“sayng aku pulang dulu ya,udah malam. Sayng bobo ya…”
“huem sayang,hati-hati ya”
“sampa ketemu besok ya sayang”
“ok sayang”. Dengan berat aku harus melepasnya pulang dan besok hari terakhirku bertemu dengannya.

Air mata ini memang tak bisa membohongi kesedihan hati ini. Perlahan menentes kembali. Aku jadi makin sedih,saat ahri-hari esok air mata ini menetes kembali siapa yang akan mengusapnya.
Semoga waktu 2tahun itu akan berjalan cepat dan hari-hariku tak berubah karena aku akan tetap menjaga hati ini untuknya. Untuk orang yang telah menyayangiku setulus hati.
Sebuah lagu yang menjadi kenangan manis untuk kami adalah “Ipang-akhirnya jatuh cinta”.
Semua terjadi tak ku sadari tak terpikir apalgi mimpi.Tapi ternyata kini ku tak lagi berdaya.Kau memang beda dari yang pernah ku rasakan.Hanya kau yang bisa merubah hatiku tk mungkin ada lagi yang mampu membuatku seperti ini.Semua berubah saat bersamamu tak mungkin ku dapat kalau tanpaumu,sangat ku nikmti mencitaimu bersamamu. Tapi ternyata kini aku sudah bersamamu…

Karena kesedihanku ini hanya sementara,karena aku percaya lelah ini hanya sebentar dan aku tak boleh menyerah walaupun ini tak mudah. Aku akan selalu ingat pesan dia untuk selalu tersenyum biar semakin mudah karena kesedihan ini hanya sementara.
Dan hari-hari sepiku akan terjadi. Semoga aku bisa jalani ini semua. Dan semoga 2 tahun lagi aka nada sebuah cerita manis yang berakhir dengan sebuah kebahagiaan.