English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


Beli Pulsa Listrik Disini

www.opulsa.com

Cintaku Dibagi

Jalanan begitu sepi, seorang gadis tengah berjalan melewati sebuah jalan yang memang selalu sepi. Di kanan-kirinya berjejer rumah-rumah gedong yang memang sepi. Pemiliknya kebanyakan tengah berada di luar kota ataupun hoteh untuk keperluan bisnis, sedangkan anak-anaknya sibuk masing-masing dan kerap kali mereka pulang malam. Kisha adalah salah satu anak dari orang tuanya yang sibuk bisnis di luar negeri. Dengan tak bersemangat ia berjalan kaki menuju rumahnya yang hanya sekitar seratus meter dari tempat taksi menurunkannya di depan gerbang kompleks itu. Pikirannya tengah melayang ke seorang pria sekampusnya yang siang tadi mencuri perhatiannya.

Cintaku Dibagi



“ternyata, Kanata itu cakep juga.” Gumamnya sambil senyum-senyum sendiri.

Di depan sebuah rumah bercat ungu, ia membelokkan langkahnya ke rumah tersebut yang memang tempat ia tinggal. Di rumahnya, seorang pembantu bernama mbok Uli tengah sibuk memasak di dapur. Rupannya ia tengah mempersiapkan hidangan makan siang untuk majikan kecilnya itu. Sedang kedua orang tuanya tengah berada di Jepang untuk urusan bisnis.

“siang mbok, hari ini masak apa nih?” tanya Kisha pada mboknya itu.

“ini, non. Masak rolade kesukaan non Kisha” jawabnya sambil menyiapkan hidangan yang baru saja dipindahkan dari dapur.

“wahhhh, enak nih!” seru Kisha memuji mbok Uli.

“silahkan, non! Mbok mau beresin dapur dulu” ujar mbok Uli seraya bergegas mengambil sebuah lap dan segera ke dapur. Sementara Kisha mulai menyantap makan siangnya itu.

Setelah selesai makan, ia barulah beranjak ke kamarnya di lantai dua rumahnya. Sementara bekas makannya Ia tinggalkan begitu saja karena akan dibereskan oleh mbok Uli. Iapun mengganti pakaiannya dengan pakaian sehari-hari.

***

Di lain tempat, seorang pria tengah menunggu adiknya di ruang keluarga sambil nonton TV. Biasanya, adiknya itu pulang sore dengan pacarnya, Aris. Sesekali ia mengecek ponselnya dan menuliskan pesan singkat untuk adiknya itu agar cepat pulang. Ia tengah menunggu anak dari ibu tirinya. Tak lama kemudian, sosok yang ia tunggu itu muncul dengan wajah kelelahan. Melihat kakak tirinya tengah duduk di sofa, iapun ikut membanting tubuhnya di dekatnya.

“Nontonin apa sih Kak?” tanyanya dengan tak bersemangat karena kelelahan.

“berita.” Jawab kakaknya itu. “pulang sama Aris, Ra?” tanyanya balik.

“iya kak.” Jawabnya singkat, kemudian ia pun menyandarkan kepalanya ke bahu kakak tirinya itu.
“capek banget, kak” keluhnya.

“Seira…” ujar kakaknya.

“kenapa kak?” tanyanya sambil masih bersandar pada kakaknya itu.

“kepala kamu berat!” ujarnya seraya menyingkirkan kepala Seira dari bahunya.

“ampun deh, kak Nata ini pelit amat!” pungkasnya. Iapunkemudian beranjak ke kamarnya. Meninggalkan kakaknya sendiri di ruang keluarga. Sementara kakaknya, Kanata hanya senyum-senyum sendiri.

***

Keesokan harinya, Seira diantar Kanata pergi ke kampus. Kebetulan kampus mereka sama dan usia mereka pun sebenarnya hanya beda tiga bulan. Menggunakan sebuah mobil berwarna silver, mereka berdua meluncur ke kampus.

Sesampainya di kampus, Seira segera beranjak ke kelasnya untuk mengikuti mata kuliah morphology and syntax di semester lima jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Sementara Kanata lebih memilih makan di kantin kampus karena jam belajarnya masih dua jam lagi. Ia berencana untuk makan mie ramen sembari menunggu waktu.

Sesampainya di kantin, iapun segera memesan makanannya dan duduk di sebuah meja yang didiami seorang gadis berambut pendek yang tengah menyantap nasi goreng. Gadis tersebut rupanya agak terkejut, sementara Kanata hanya tersenyum padanya.

“kamu Kanata kan?” sapa gadis berambut pendek tersebut.

“iya. Kamu kok tahu nama saya?” tanya Kanata heran bahwa gadis di depannya itu mengetahui namanya.

“kamu nggak inget? Kemaren kamu nemuin dompet aku yang jatuh di jalan.” Ungkapnya.

“ah, iya aku inget! Kamu Kisha ya, kalau nggak salah?” tanggap Kanata sembari mengingat kejadian kemarin.

“iya. By the way, makasih lho kemaren” ujar Kisha.

Tak terasa mereka pun semakin akrab mengobrol ini-itu sembari menyantap makan siang mereka. Setelah beberapa lama mengobrol, akhirnya mereka bertukar nomor ponsel dan alamat facebook. Setelah itu, Kanata beranjak untuk mengikuti mata kuliahnya. Kisha pun sama. Ia ada mata kuliah di jam yang sama. Mereka pun pergi ke kelas masing-masing.

***

Sepulang kuliah Kanata menunggu adiknya untuk pulang bareng di parkiran kampus. Ia telah berjanji untuk menunggu adiknya pulang. Tanpa disadari, seorang wanita telah berada di depannya dan menyapanya. Tapi wanita itu bukan Seira.

“lagi nunggu siapa nih?” sapa wanita itu, sedikit mengagetkan Kanata.

“eh, Kisha. Lagi nungguina adek gue nih” jawabnya.

“owh, boleh ditemenin?” tanya Kisha.

“oh, boleh donk! Sini duduk!” pinta Kanata pada Kisha yang baru duduk setelah ia dipersilahkan duduk oleh Kanata.

Tak lama kemudian, adik Kanatapun tiba tanpa disadari kakaknya. Melihat kakaknya tengah asyik ngobrol dengan seorang wanita, iapun tak menunjukkan keberadaannya yang tak disadari oleh Kanata. Kisha pun demikian. Meskipun ia mengetahui ada seorang wanita duduk tak jauh darinya, ia tak mengetahui bahwa Seira adalah adik pria yang sedang mengobrol dengannya.

“ngomong-ngomong, adik kamu kok nggak muncul-muncul ya?” tanya Kisha heran karena merasa Kanata telah lama menunggu.

“oh, iya ya! Lama ba….eh, nih orangnya!” seru Kanata, baru menyadari keberadaan adiknya. “ngapain lo diem aja gitu?” tambahnya.

“gue kan lagi ngeliatin kakak gue pacaran.” Jawab Seira sambil cengengesan.

“sialan lo! Bukan pacar kok, baru kenal juga kemaren!” sanggah Kanata.

Kemudian ia pun pamit pada Kisha dan segera pulang bersama adiknya itu.

***

Tak terasa seminggu sudah Kisha bertemu dengan Kanata. Setiap hari sejak pertemuannya, ia selalu mencari-cari topik untuk dibicarakan bersamanya. Entah itu di kntin ataupun tempat parkir. Kesimpulannya mutlak, ia telah terpikat oleh kakak Seira yang memiliki postur tubuh ideal, kulit putih dan model rambut yang stylish. Mengingatkannya pada mantan pacarnya sewaktu SMA dahulu, Rain. Sms dan telpon pun telah sering ia lakukan untuk Kanata. Kedekatan mereka mengalir begitu saja.

Di lain tempat, pria yang tengah dipikirkan oleh Kisha ternyata tengah memandangi adiknya yang tertidur di bahunya karena nonton bola. Dengan mengenakan kaos bola favoritnya, gadis berambut panjang itu bersandar pada kakak tirinya itu. Hal itu dak disangka telah membuat hati Kanata berdegup kencang. Pasalnya, meskipun Seira itu adiknya, tetap saja ia hanya adik tiri yang dipertemukan ketika mereka kelas tiga SMP.

Jam di dinding rupannya telah menunjukkan angka tiga. Maksudnya adalah jam tiga pagi. Seira dan Kanata rupanya sama-sama tertidur pulas di ruang keluarga. Tidak tidur di spring bed bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan. Kanata yang tadinya hanya memandangi adiknya pun terserang kantuk juga. Mereka tertidur hingga pagi menjelang. Merekapun bangun dengan muka panik karena sama-sama telat untuk pergi ke kampus.

“kenapa lo malah tidur sih, kak?!” keluh Seira sambil sibuk memakai sepatu dengan tergesa-gesa setelah mereka berdua telah siap untuk ke kampus.

“kamu juga tidur!” tukas Kanata tak kalah ngotot.

Mereka pun akhirnya pergi ke kampus bersama-sama menggunakan motor milik Kanata. Tak perlu waktu berjam-jam untuk sampai ke kampus. Cukup lima belas menit saja mereka sudah tiba di kampus. Kemudian meraka pun mengikuti mata kuliah masing-masing.

***

Hari ini, tidak seperti biasanya Kanata tak menunggu adiknya di tempat parkir. Sebagai gantinya, ia membonceng Kisha di motornya. Rupannya ia diajak oleh gadis berambut pendek itu ke sebuah restoran seafood. Dua porsi makanan pun dipesan mereka.

“kamu tumben ngajak aku makan, Sha?” kata Kanata dengan nada heran, karena baru pertama kali ke restoran dengan Kisha. “Ada acara apa sih?” tambahnya.

“emang nggak boleh ya?” tanya Kisha.

“ya boleh lah. Cuma aneh aja…” sambung Kanata.

Merekapun akhirnya beralih ke topi yang llebih menarik. Sambil menunggu makanan tiba, mereka bercerita tentang tugas-tugas di kampus serta dosen-dosen killer yang menjengkelkan mereka.

Tak lama kemudian, makanan pun datang. Dengan sedikit jaga image, mereka menyantap makanan mereka. Sesekali Kisha meminum jus alpukatnya untuk menghilangkan nervousnya. Begitupun dengan Kanata.

“Kanata..” ujar Kisha dengan agak ragu-ragu.

“kenapa, Sha?” tanya Kanata menanggapi.

“menurut kamu, aku gimana?” tanya Kisha.

“Gimana apanya?” tanya Kanata tak mengerti. Sejenak mereka pun menghentikan kegiatan makan mereka. Ada rasa menyelidik di mata Kanata pada Kisha. Sementara Kisha makin tertunduk karena gugup.

“Kalau aku sih, suka sama kamu!” jawab Kisha dengan kepala menunduk. Pipinya memerah dan perasaannya campur aduk. Sementara Kanata hanya diam seribu bahasa. Ia terlihat bingung dan tak menyangka aka nada seorang gadis yang menyatakan perasaannya padanya.

Setelah lama tak ada jawaban, Kisha akhirnya mengangkat kepalanya untuk menatap Kanata. Rona mukanya yang semula memerah kini berubah ekspresi. Rasa malunya tiba-tiba muncul. Kecemasan pun muncul di raut wajahnya.

“aku bingung mau jawab apa ke kamu, Sha.” Ungkap Kanata.

“a.. ada cewek lain ya, di hati kamu?” tanya Kisha dengan terbata-bata.

“itu…,”
“aku ngerti kok. Lanjutin aja yuk makannya, hari udah mulai gelap nih.” Pungkas Kisha memotong perkataan Kanata.

Sejenak suasana pun berubah menjadi kaku. Tak ada lagi topik yang dapat mencairkan suasana. Acara makan malam pun menjadi datar, kemudian Kanata mengantar Kisha pulang ke rumahnya sebelum ia pun pulang ke rumahnya.

***

Di sebuah kamar bercat merah marun, seorang gadis tengah asyik telponan dengan pacarnya. Sejenak kemudian kakak tirinya masuk ke kamarnya dan dusuk di kasurnya dengan muka ditekuk.
“sayank, udah dulu ya nelponnya. Ada kakak aku nih.” Pintanya pada seseorang yang berada di dalam telpon. Kemudian tak lama setelahnya, telpon pun dimatikan.

“kenapa lo, kak?” tanya Seira sambil menggoda kakak tirinya itu.

“gue abis ditembak cewek, Ra.” Jelas kakaknya itu.

“serius lo kak? Trus gimana? Diterima nggak? Dari Kisha?” tanyanya dengan penuh semangat ke-kepo-an.

“nggak deh, aku nggak jawab apa-apa.” Jawabnya.

“lho, kenapa? Udah untung masih ada cewek yang mau sama lo! Emang ada cewek lain yang lo suka?” sesal Seira dengan nada kecewa.

“iya. Ada!” tegas kakaknya itu, membuat Seira tak dapat membalas perkataannya.

“siapa emang?” tanya seira dengan nada tak bersemangat.

“namanya Seira.”

“oh…, hah?! Maksud lo, gue?” tanggap Seira terperanjat.

“iya!” ujar Kanata, “lo mau jadi cewek gue? Gak mau kan?” tambahnya dengan nada kesal. Lalu iapun beranjak meninggalkan Seira yang tengah tertegun mendengar kata-kata kakaknya itu.

Lama terdiam, Seira segera beranjak dari kamarnya. Tempat yang ia tuju adalah kamar kakak tirinya itu. Untunglah kamar Kanata tak terkunci, iapun akhirnya masuk tanpa basa-basi dan duduk disamping Kanata yang tengah termenung.

“kak?” sahut Seira pada kakaknya itu. Namun kakaknya hanya terdiam.

“ini nggak bener kak! Seira cinta sama mas Aris. Bukan kakak.” Aku Seira, “lagian ini nggak boleh kak, kita saudara.” Tambahnya.

“kakak bodoh! Kisha itu cewek yang baik kak. Dengan ngungkapin perasaannya ke kakak, dia udah ngumpulin semua keberaniannya.” Kata Seira lagi.

“kamu bener, Ra. Ini salah! Aku emang bodoh.” Jawab Kanata, menyelami kata-kata adiknya barusan.

“aku seneng ternyata kakak sayang sama aku. Semoga kita tetep bisa saling menyayangi sebagai kakak-adik ya kak!” senyum Seira menyertai kata-katanya yang sangat bermakna bagi Kanata. Sementara Kanata hanya tersenyum simpul, kemudian ia memeluk adiknya itu erat.

***

Keesokan harinya, Kanata berusaha mencari Kisha sesegera mungkin di kampus. Seluruh tempat-tempat yang biasa Kisha kunjungi telah ia susuri, Namun tak ada sosok Kisha disana. Kanata tetap tak bisa menghilangkan cintanya pada Seira, namun ia tak ingin menutup hatinya untuk Kisha. Ia pun terus mencari gadis berambut pendek tersebut, hingga akhitnya ia temukan Kisha berada di depan kios photocopy. Nampaknya ia habis mengopy berkas-berkas penting untuk mata kuliahnya. Tanpa basa-basi Kanata segera menarik tangan Kisha dan mengajaknya ke taman. Kisha yang terkejut pun tak bisa mengelak.

“kamu kenapa?” tanya Kisha heran.

“Kisha, dengerin aku!” pinta Kanata, iapun sejenak menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya. “kamu mau jadi pacar aku?” tanya Kanata. Seketika Kisha mematung. Seakan tak percaya dengan apa yang ia dengar.

“kamu serius?” wajahnya memancarkan kegembiraan, “eh, tunggu dulu! Cewek yang kamu suka gimana?” seketika wajahnya berubah lagi.

“kamu nggak perlu mikirin soal itu. Yang penting sekarang, aku mau ngebuka hati aku buat kamu.” Jelas Kanata.

“aku mau kok!” jawab Kisha dengan pasti dan penuh kegembiraan.

Sementara itu, jauh di sudut taman kampus, Seira tengah mengawasi kakaknya itu dengan senyum bahagia. Langkahnya terhenti setelah melihat kakaknya itu tengah menarik tangan seseorang ke taman.

“akhirnya…..” gumamnya lirih.

Wajah yang dipenuhi senyum itu seketika dibasahi airmatanya yang tiba-tiba mengalir. Perasaannya bercampur antara senang dan sedih. Tanpa sepengetahuan Kanata, Seira pun menyukai kakak tirinya itu. Namun, ia tahu mana batasan antara seorang kakak dan adik. Ia pun akan menjalani hidupnya dengan seorang pria yang memang sangat mencintainya.

0 komentar:

Post a Comment